One Step Higher, Mell



Ini adalah cuap-cuap sotoy.. Jadi harap maklum, kalau kadang kata-katanya ngasal :D

Be a better each day! Itu salah satu semboyan hidupku. Meski kadang-kadang aku melanggarnya juga, hihi.. tapi tetap, itu menjadi pemacu semangat yang oke banget. Nah, itu juga berlaku untuk pencapaian-pencapaian kita, dalam hal apapun, harusnya makin hari makin baik.

Crying Winter.. adalah novel kedua teman baikku, Mell Shaliha. Pertama kali baca sinopsisnya sekitar sebulanan yang lalu pas Mell ngumumin kalau bukunya ini segera terbit. Waktu itu sempat berfikir, wuih.. temanya unik nih, nggak biasa gitu.  Sebuah tema yang menurutku sulit, tidak gampang buat diangkat ke sebuah novel. Aku percaya, pasti Mell  membutuhkan banyak referensi saat menuliskannya. Dan percayalah Mell.. Aku cuma bisa ngomentari aja, nggak mungkin bisa kalau disuruh nulis yang beginian, sumpah. So, aku salut banget sama kamu, bisa menyuguhkan kisah tentang jaringan terorisme internasional yang dibalut dengan kejahatan modern bernama bioterorisme. Dua jempol untukmu deh.. bener-bener nggak nyangka, kalau kamu bakal nulis yang beginian.



Membaca bab pertama, wuih.. keningku sudah berkerut-kerut karena bahasanya yang terlalu tinggi. Hihi, maklumlah.. kemampuan otakku terbatas buat memahami hal-hal yang berbau science fiction. Aku belum pernah membaca novel science fiction sebelumnya, hanya ada beberapa film dengan genre itu yang pernah kutonton. Karena jujur, untuk science fiction, aku lebih suka menikmati tayangan visual daripada harus berimajinasi dengan rangkaian kata. Pun belakangan, aku sedang break buat baca novel. Ada sekitar 10 judul yang masih segelan di rak buku, belum tersentuh. Jadi lengkap sudah, daya serap otakku kurang maksimal.


Xie Xie Ni De Ai.. adalah novel pertama Mell. Sama tebalnya dengan Crying Winter. Tambah salut lagi nih, Mell kuat banget buat nulis panjang. Aku tahu, Mell pasti banyak menghabiskan waktunya buat merenung, menulis, cari referensi, wawancara dan ngedit sendiri tulisannya. Kalau boleh jujur, novel kedua Mell ini banyak banget kemajuannya dibanding novel pertamanya. Ya iyalah, kan memang seharusnya begitu. Di novel pertama, aku merasakan aura true story sangat kental di sana. Jadi ketika membacanya, aku tidak merasakan sedang membaca novel, tapi lebih ke personal literature. Entah berapa persen kadarnya, tapi aku ngerasa kalo tokoh utamanya tuh Mell banget.

Di novel kedua, meski tak sekental di novel pertamanya, tapi aku tetap menemukan sosok Mell di sana, meskipun prosentasenya sangat kecil (Alenia dan Erni mengingatkanku padamu, Mell). Persamaannya, di kedua novelnya, Mell menggambarkan dengan begitu detil setiap sudut kota Hongkong. Serasa baca buku travelling juga deh. Nggak heran, enam tahun bukan waktu yang sebentar buat mell memahami seluk-beluk Hongkong. Aku yakin, Mell sangat kaya pengalaman di sana.  Terbukti, dua novelnya bersetting Hongkong semua. Tapi ada sedikit perbedaannya. Kalau di novel kedua, settingnya meluas sampai ke Korea. Dan, tokoh-tokoh yang diambilpun semakin kompleks. Bukan terbatas pada buruh migran yang bekerja di Hongkong, lalu bertemu dengan orang-orang Hongkong atau negara Asia Timur lainnya seperti Jepang dan Korea. Tapi meluas, ada yang berkebangsaan Rusia dan Amerika Serikat.

Aku hanya membayangkan jika Mell membuat alur maju mundur untuk novel keduanya ini. Pasti akan terasa seru dan membuat penasaran di tiap babnya. Sayang, alurnya maju teratur, jadi membuat kisah yang seharusnya menghentak-hentak ini terasa datar. Padahal, aku ingin sekali merasakan tegang dan bertanya-tanya bagaimana isi bab-bab selanjutnya. Dan, sepanjang pengamatanku, Mell selalu menempatkan banyak tokoh di novelnya. Di novel pertama, masih bisa kupahami. Tapi di novel kedua ini, aku sempat bingung buat memilah-milahnya. Disamping tokoh utamanya memang kembar, di sepertiga cerita, salah satu tokoh utama dan dua orang temannya berganti nama dan kewarganegaraan. Tapi salut deh dengan itu, membuat suatu kerumitan itu kan tidak mudah.

Crying Winter.. Musim dingin yang memilukan (tagline di bawah judulnya). Awalnya aku membayangkan akan menangis dan merasakan aura winter yang memilukan itu. Tapi aku belum merasa pilu dan tak merasakan dinginnya salju. Mungkin karena kebanyakan tokoh itu tadi, jadi penggalian karakter tokoh utamanya kurang maksimal. Sebagai tokoh utama kembar, Dimas terlalu mendominasi, sehingga Damar terasa ‘terpinggirkan’. Padahal, kalau keduanya sama-sama digali karakternya dengan seimbang, mungkin akan menghadirkan tokoh dengan karakter yang lebih kuat. Dan jika porsinya ditambah, bagian Damar yang harus mengurus ibunya di kampung, mungkin bisa menjadi sisi mellow dari novel ini.

 Kita mengenal adanya recto dan verso sebagai bagian dari sebuah buku. Dan jujur, aku ‘kecewa’ dengan ini. Bagian verso (halaman kiri) dari novel ini banyak yang tercetak miring, tidak simetris dengan bagian recto (halaman kanan). Oke, mungkin ini bagian proofing yang bertanggung jawab. Dan lagi-lagi, aku  menemukan beberapa kalimat yang dibingkai dengan frame berbunga-bunga di setiap berapa halaman sekali (sampai sekarang, aku belum menemukan apa namanya). Jujur, itu sangat mengganggu  proses membaca. Dan aku banyak menemukannya di hampir semua novel terbitan Diva Press. 

Kenapa aku tidak menyertakan sinopsis dalam cuap-cuap geje kali ini? Ya, biar kamu-kamu penasaran aja dengan kisah si cowok kembar yang  terpisah jarak itu. Dimas yang genius dengan IQ di atas rata-rata harus terjebak pada sebuah jaringan terorisme internasional. Sementara Damar, harus berjuang mencari kembarannya itu demi sang ibu yang sudah sekarat. (yah, keceplosan juga bocorin sinopsisnya). Kira-kira mereka bisa ketemu di mana ya? Kebetulan apa yang akhirnya memberi peluang pertemuan itu? Lalu, apakah misi-misi yang harus diemban oleh Dimas yang berganti nama menjadi James itu berhasil? Simak saja kejutan di bagian endingnya. Selain itu, ada begitu banyak isu nasional maupun internasional yang coba dibeberkan Mell lewat novelnya ini. Di luar komen-komen subyektif bin gejeku itu, novel ini keren kok, karena menyajikan tema yang tak biasa.  So, cari dan baca sendiri ya.. Pesen ke penulisnya langsung juga bisa :)

Belajar adalah proses yang tidak akan pernah terhenti di sepanjang hidup kita. Menapaki jalannya selangkah demi selangkah adalah detil yang tidak bisa dilewatkan. Untuk menuju tangga teratas, kita harus menguatkan pijakan dan pegangan. Pelan-pelan, kita pasti akan sampai ke puncak. Semua itu membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Dan kamu Mell, step by step, telah berjuang lebih hebat dari sebelumnya. Naikilah terus tangga pencapaianmu, yakin kamu bisa menaklukkan segala rintangan! Bravo, Chaiyo..


NB : (style nulis surat jaman dulu banget)

Mmm.. sekali lagi, percayalah Mell, aku nggak mungkin bisa bikin novel yang beginian. Jadi jangan terlalu kamu masukin hati ya komen-komenku yang sotoy banget ini. Cuap-cuap geje dari seorang yang ngakunya gemar baca novel, tapi daftar bacaannya masih bisa dihitung jari, heuheu.. 

Dan aku semakin salut sama kamu. Belum juga selesai aku baca novelmu ini, eeeh uda terbit lagi novel ketigamu. Sebuah novel yang genrenya 180 derajat beda, komedi! Hah, nggak percaya juga kamu nulis beginian, hihi.. bener-bener multitalented ya kamu itu. Selamaaat, good luck! Ah, kamu pasti kapok deh ngasih gretongan ke aku kalo dicuap-cuapin gini. Heleeh, bilang aja mau nodong lagi :D

[27112012, di siang yang panas, di tengah carut-marut dan hiruk-pikuk kerjaan]


You Might Also Like

8 comments

  1. Hmm... jadi penasaran pengen baca novel ini....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Qiqiqi.. mbak Ela gitu deeeehh..
      pan ngerepiunya duluan mbak Ela.
      Jadi yg kemarin itu.. buset dah, jgn2 cuma mimpi bacanya.. gaswat nih

      Delete
  2. kyaa...
    ehem...
    mbak santi wi nek nulis ripiu kok apik to?
    jempol pitulikur (ojo takok jempole sopo wae :P)
    btw, nopel kedua belum tak bacaaa >_<

    ReplyDelete
    Replies
    1. mesti nyilih jempole tonggone aka nunu chan dkk :p
      buruan dibaca n diripiu kalo mau dksh gretong lagi, hihi
      #ngelirik Mell

      Delete
  3. hiyaah, makasih repiunya, eh coba lihat yang bagian 2 itu sebenernya juga alur mundur lho...jadi emang aku rencananya mau bikin alur mundur dengan panduan cerita2 di buku tere liye yg lama bgt aku baca, rasanya pingin baca semua krn alurnya bolak-balik, huuu tepi ternyata ga bisa tooh hahahha... masih byk kekurangan juga say utk masalah penerbitannya, tapi mau gmana lagi...jadinya kya gt, endorsment dr org2 penting ga di muat :((dll...makasih anyway klo kt ktmu moga bisa cuap2 lebih lama...main ke tempat kerjaku dunk, nginep di messku :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa, i know mslh pnrbitan adl mslh dapur kita.. aku maklum!
      Salut deh, kamu cerdas bgt bisa bkin kyk begini. kalau aku disuruh bkin kyk gini, beuuuh.. uda ngibarin bendera putih duluan. boleh ya,aku bljr bkin nopel sm kamyu..
      Oya,sabtu besok, InsyaAllah ada bedah bukuku di bookfair. Dateng ya.. jd tim cheerleaders..:)
      Nt kutraktir es tongji deh.. :D

      Delete
  4. salam kenal.. slamat untuk bukunyaa

    ReplyDelete