Pemantik keinginan saya untuk membaca novel The Borrowers adalah keterpesonaan saya pada film The Secret World of Arrietty yang diproduksi oleh Studio Ghibli pada tahun 2010. Jadi, setelah selesai membacanya, mana yang lebih membuat saya terpesona, film atau bukunya? Mari kita ulas!
The Borrowers adalah novel fantasi anak karya Mary Norton yang terbit pada tahun 1952 di Inggris. Karena kesuksesannya, pada tahun yang sama, The Borrowers menjadi salah satu karya yang meraih Medali Carnegie dari Asosiasi Perpustakaan Inggris. Kemudian, empat seri lanjutannya berturut-turut terbit: The Borrowers Afield (1955), The Borrowers Afloat (1959), The Borrowers Aloft (1961), dan The Borrowers Avenged (1982).
The Borrowers menceritakan tentang keluarga Clock, orang-orang kecil yang tinggal diam-diam di bawah lantai dapur pada sebuah rumah pedesaan di Inggris. Mereka ‘meminjam’ barang-barang dari orang-orang besar (yang disebut sebagai kacang manusia) untuk bertahan hidup.
The Borrowers dinarasikan oleh seorang gadis muda bernama Kate yang sedang merajut selimut bersama bibinya, Ny May. Kate mengeluhkan peralatan rajutnya yang sering hilang dan bertanya-tanya di mana semua barang yang hilang berada. Kemudian Ny. May menceritakan tentang para peminjam, makhluk kecil mirip manusia yang hidup tak terlihat di bawah lantai rumah mereka sejak puluhan tahun sebelumnya. Saudara laki-lakinya yang saat itu berusia sepuluh tahun baru tiba dari India, berencana tinggal sementara di rumah keluarga untuk pemulihan kesehatan.
Anak laki-laki tersebut secara tidak sengaja memergoki manusia kecil yang sedang memetik daun pimrose. Mereka pun berkenalan. Adalah Arrietty Clock, peminjam muda, yang akan segera berusia empat belas tahun, suka bertualang, pintar membaca dan memiliki banyak koleksi buku. Ayahnya, Pod Clock, adalah seorang peminjam yang andal, berbakat mengolah barang-barang pinjaman menjadi sepatu, mebel, dan barang kebutuhan lainnya. Ibunya, Homili Clock, adalah wanita yang sering gugup tetapi penuh kasih dan pengertian, menyukai rumah yang rapi, serta mengkhawatirkan dunia luar yang tidak aman dan penuh ancaman.
Arrietty yang selalu ingin melihat dunia luar mulai belajar meminjam bersama ayahnya. Ibunya berpesan untuk selalu berhati-hati, dan kerap kali menceritakan tentang Eggletina, saudara sepupunya yang menghilang dan tidak pernah kembali bertahun sebelumnya setelah seorang manusia membawa kucing dalam rumah besar.
Arrietty dan anak laki-laki itu lama-lama berteman, dengan tawar menawar kepentingan. Arrietty bersedia membacakan buku kepada anak laki-laki itu yang lambat belajar bahasa Inggris. Sementara anak laki-laki itu bersedia menjadi pengantar surat yang dititipkan pada seekor musang untuk keluarga pamannya, peminjam lainnya yang konon telah beremigrasi sejauh dua ladang. Ada kalanya mereka berdebat tentang eksistensi masing-masing. Anak laki-laki itu merasa penyakitnya akan mengakhiri hidupnya. Arrietty juga baru menyadari bahwa dunia manusia begitu luas dan ada banyak jutaan jumlahnya di luar sana, yang membuat hidup Arrietty terasa terancam. Bisa jadi, keluarganya adalah peminjam terakhir di dunia.
Persahabatan Arrietty dan anak laki-laki itu membawa masa keemasan dalam meminjam. Kebutuhan keluarga Arrietty tercukupi. Bahkan rumah boneka lengkap dengan segala macam furnitur yang dulu dibuat oleh kakek anak laki-laki itu sebagai hadiah untuk orang-orang kecil, telah berpindah ke rumah Arrietty di bawah lantai dapur. Sepertinya hal ini luput diceritakan dalam versi film Studio Ghibli.
Dunia Arrietty mulai kacau ketika juru masak keluarga dari rumah besar mencurigai anak laki-laki itu, yang menurutnya sering berbicara sendiri. Rumah boneka yang tidak ada lagi di tempatnya semakin membulatkan kecurigaannya. Ditambah lagi, juru masak itu memang telah mendengar desas-desus tentang orang-orang kecil. Juru masak lalu bekerja sama dengan tukang kebun, untuk menjebak dan menangkap segala makhluk yang ada di bawah lantai dapur.
Selanjutnya adalah perjuangan Arrietty dan keluarganya untuk menghindari ‘bencana’ dan segera pindah, beremigrasi mencari tempat baru untuk hidup. Hal-hal ini juga menjadi perbedaan yang cukup signifikan dari film versi Studio Ghibli.
Pada bagian akhir film The Secret World of Arrietty, diceritakan bahwa si anak laki-laki itu berhasil menyusul dan ber-say goodbye dengan Arrietty di sebuah pinggiran sungai. Namun dalam buku, tidak ada komunikasi apapun di antara mereka. Arrietty dan keluarganya tiba-tiba saja menghilang dan si anak laki-laki tidak bisa menemui mereka. Dalam film juga diceritakan tentang Spiller, seorang anak laki-laki peminjam, yang membantu Pod ketika mengalami kecelakaan dan kepindahan mereka, tetapi dalam buku tidak disebutkan sama sekali tentang tokoh Spiller (konon Spiller baru muncul dalam buku seri kedua).
Yang sedikit aneh, dalam film, si anak laki-laki itu memiliki nama ‘Sho’. Mungkin Studio Ghibli memberinya nama dengan harapan supaya tokoh anak laki-laki itu terasa lebih akrab dan mewakili karakter Jepang. Sementara dalam bukunya, sepanjang cerita anak laki-laki itu hanya disebut sebagai ‘boy’. Begitu juga dengan juru masak, yang dalam film diberi nama ‘Haru’.
Beberapa perbedaan dalam film dan bukunya ini, rasanya tidak mengganggu saya sama sekali. Film The Secret World of Arrietty produksi Studio Ghibli menawarkan visual yang memukau dan merangkum cerita dengan efektif tanpa mengurangi esensinya. Ceritanya memang dipadatkan dengan fokus Arrietty. Bahkan film ini menjadi salah satu film Studio Ghibli favorit saya.
Konon, kisah Arrietty orang kecil ini terinspirasi oleh fenomena sosial yang terjadi di Inggris sesudah Perang Dunia II. Kala itu, banyak orang dengan status kelas menengah ke bawah yang hidup di pinggiran dan serba kekurangan. Bagi saya, dunia Arrietty adalah pengingat, bahwa kita hidup di alam semesta yang luas, tetapi sebenarnya hal-hal yang kita butuhkan hanya sedikit saja. Sejatinya, kita semua adalah peminjam di dunia yang fana ini.
Jika Studio Ghibli akan meneruskan membuat film seri Arrietty berdasarkan empat seri buku The Borrowers lanjutannya, saya akan dengan senang hati menontonnya. Pun setelah membaca buku seri pertama The Borrowers, saya berniat untuk melanjutkan membaca empat seri berikutnya. Bagi saya, buku dan film, dua-duanya berkisah dengan indah sesuai medianya.
Judul Buku : The Borrowers
Pengarang : Mary Norton
Penerbit : Clarion Books
ISBN : 9780152047375
No comments