Suka Duka Pengantin Baru


Memasuki gerbang pernikahan itu laksana memasuki hutan rimba yang asing. Semuanya ada di sana. Pemandangan yang indah, aneka ragam satwa yang memikat dan lain-lain. Tetapi, ada juga bahaya yang mengintai setiap saat. Diperlukan kewaspadaan ketika berpetualang di dalamnya.

Pernikahan merupakan peristiwa sakral yang menyatukan dua pribadi yang berbeda dalam satu komitmen yang harus senantiasa dijaga seumur hidup. Ia membutuhkan kesiapan secara psikologis, emosional dan nalar. Menikah adalah awal dari kehidupan rumah tangga yang luas samuderanya, yang menuntut kemandirian di segala aspek. Tujuan pernikahan bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan biologis saja, tapi juga untuk menciptakan masyarakat yang berkasih sayang. 

Ketika baru menapak tangga pertama, semua terasa indah dan memesona. Seiring berjalannya waktu, berbagai macam problema mulai melirik. Dari masalah-masalah yang ‘sepele’ sampai ujian-ujian hidup yang lebih berat dan kompleks. Semua itu, jika tidak disikapi dengan kepala dingin, akan menyebabkan konflik yang mengancam keselamatan pernikahan itu sendiri. Salah satunya, tentang perbedaan karakter. Suami dan istri adalah dua orang dengan isi kepala yang berbeda, latar belakangpun tak sama. Jadi wajar, ketika hidup bersama, ada saja sesuatu yang bertolak belakang. Lalu, bagaimana kita mempersiapkan diri melewati ‘kerikil-kerikil’ itu? Mendengar pengalaman orang lain, setidaknya bisa membantu kita untuk menambah wawasan. Dan mencari pengetahuan lewat bacaan juga bisa menjadi alternatif solusinya.

Buku ini berisi 21 artikel ringan yang dikemas dengan bahasa yang renyah dan mudah dipahami. Bak ngemil kacang mete, belum bisa berhenti kalau toples belum kosong. Dua artikel pertama melukiskan suasana pengantin baru yang serba manis. Artikel selanjutnya berisi gambaran tentang hal-hal yang kemudian hadir sebagai konsekuensi hidup berumah tangga.  Merasa ‘surprise’ karena ternyata suami atau istri tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan? Saling beradaptasi dan memahami kekurangan masing-masing, itu salah satu kunci untuk menjaga hubungan agar tetap berada pada jalurnya. Ada yang merasa kebebasannya terenggut karena menikah. Komunikasikanlah dengan pasangan! Ternyata, ada juga yang menikah tanpa didahului oleh cinta. Lalu, bagaimana cara kita mengupayakannya? Apakah benih-benih cinta itu bisa tumbuh? Dan, tahukah anda bahwa di dalam masakanpun ada cinta! Kok bisa? 

Ketika usia pernikahan terus bertambah, kita akan semakin dihadapkan pada persoalan-persoalan yang krusial seperti pilihan tempat tinggal. Apakah kita mau terus ‘menumpang’ di rumah orang tua atau berusaha mandiri dengan mencari tempat tiggal sendiri? Dua hal tersebut memang ada plus minusnya. Bagaimana caranya kalau penghasilan kita belum cukup untuk mewujudkannya? Ada kok solusinya! Ketika hubungan mertua, menantu dan saudara-saudara yang melingkupinya mulai meruncing, itu juga menjadi ancaman yang cukup signifikan bagi kehidupan pernikahan. Belum lagi kalau anugerah anak hadir, selain membawa kebahagiaan, ternyata juga menyebabkan ‘baby dilema’ bagi sebagian orang. Hmm, ternyata memang complicated ya!

Berbicara tentang kewajiban suami istri, lakukanlah semua dengan cinta dan berdasarkan niat karena Allah. Biasanya orang hanya menuntut hak dan malas melakukan kewajiban. Bila tidak ada rasa saling pengertian bisa terjadi silang pendapat. Kalau sudah begini, komunikasi yang baik perlu dikedepankan. Konflik dalam rumah tangga adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Masih terngiang ketika beberapa waktu lalu publik dihebohkan dengan berita seorang istri yang dibakar suaminya, gara-gara kesal dengan sang istri yang menuntut sang suami untuk bekerja (Naudzubillah min dzalik). Hal seperti ini tidak mungkin terjadi kalau sang suami sadar bahwa jihadnya seorang laki-laki adalah saat ia bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Intinya, sekali lagi ada pada komunikasi. Karena pada dasarnya tidak ada sesuatu yang tidak bisa diselesaikan, asal dibicarakan.

Membaca buku ini seperti mendengar penulisnya bertutur secara langsung di hadapan kita. So close and friendly.. seperti sedang curhat dengan sahabat-sahabat tercinta. Bayangan saya kalau membaca buku non fiksi pasti akan berhadapan dengan teori-teori yang njelimet dan kadang tidak masuk akal. Dan buku ini beda! Buku ini telah mematahkan anggapan saya yang menilai buku non fiksi selalu berisi teori yang (maaf) kadang tidak benar-benar ‘dipatuhi’ atau dilaksanakan oleh penulisnya. Istilahnya, praktek tidak sama dengan teori alias tidak konsekuen. Malu dong ya! Catatan-catatan yang disajikan adalah sesuatu yang banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada beberapa hal juga diselipkan  pengalaman pribadi penulisnya dan orang-orang terdekatnya. It’s so real.. semuanya memberikan hikmah dan inspirasi! Buku dengan cover bernuansa pink lembut nan cantik ini cocok dibaca bagi yang belum menikah, sedang merencanakan pernikahan, dalam masa pengantin baru atau bahkan yang sudah lama menikah (sebagai pengingat masa-masa manis dan pelajaran bahwa ujian pernikahan itu berlangsung selamanya). 

Komitmen terhadap janji pernikahan adalah kunci untuk berpetualang di dalamnya. Jagalah keutuhannya mulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Layaknya tanaman, ia harus selalu disiram dan dipupuk agar tetap subur. Masa-masa indah pernikahan harus terus berlangsung sepanjang hayat. Pernikahan dibangun atas nama Allah, maka sertakan Allah dalam setiap gerak langkahnya. InsyaAllah berkah! 



Judul : Rahasia Pengantin Baru
Penulis : Leyla Hana
Penerbit : Quanta (imprint  P.T Elex Media Komputindo)
Tebal : 181 hal
Terbit : November 2011
ISBN : 9786020015613


Makasiiiiih buat mbak Ela yang udah ngasih buku ini secara cuma-cuma ke saya... :D

Yang laen jangan pada ngiri yaaaaa... hayuk beli ndiri sonoooooo!

Available on a book store now lhooo.. twing-twing!

Beli langsung ke penulisnya? Boleh jugaaa.. bonus tanda tangan, so pasti!

You Might Also Like

1 comment

  1. Terima kasih bukunya sangat bagus . ada kesempatan ingin memilikinya insya Allah.

    ReplyDelete