Bayangkanlah,
jika hutan kita terus dibabat oleh tangan-tangan yang hanya mengedepankan
kepentingan ekonomi semata! Bisa dipastikan, anak cucu kita kelak tidak akan menikmati
udara sesegar sebelumya. Hutan, sebagai
paru-paru dunia mengalami ‘pengeroposan’ setiap harinya. Ini sudah bisa kita
rasakan dampaknya, udara terasa lebih panas dan cuaca menjadi semakin tidak
menentu. Upaya penyelamatan lingkungan dan perlindungan hewan-hewan langka
menjadi isu terpenting. Kampanye-kampenye yang banyak digalakkan kadang hanya
‘menyentuh’ orang-orang yang berkepentingan saja. Sementara orang-orang ‘awam’
hanya menganggap hal-hal seperti itu sebagai angin lalu.
Novel
kolaborasi antara Mbak Riawani Elyta dan Shabrina WS ini mencoba menawarkan
alternatif solusi untuk menggugah hati masyarakat tentang pentingnya menjaga
lingkungan agar ekosistem yang ada didalamnya tetap seimbang. Duet yang menarik
karena mereka tetap berada pada pakem masing-masing, mbak Lyta di bagian fiksi
dan mbak Brina di bagian fabel.
Dikisahkan,
Ping adalah seekor orang utan yang hidup bahagia bersama ibunya di sebuah
negeri indah bernama hutan. Tapi, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Ketika
ibunya sedang mengajarinya membuat sarang, tiba-tiba tembakan dari
manusia-manusia egois itu menumbangkannya, mencerabut kebersamaan mereka. Ping
kehilangan, Ping Berduka.
Dalam
kesedihannya, ia bertemu dengan Jong dan ibunya. Kehadiran mereka
sedikit-sedikit menghapus luka Ping. Ping menganggap ibu Jong sebagai ibunya
juga. Ibu Jongpun menyayangi mereka tanpa membeda-bedakan. Ia mengajari Ping
dan Jong membuat sarang, bagaimana membedakan daun yang baik, bunga apa yang
bisa dimakan, tanaman apa yang harus dihindari, menguliti kayu, menangkap
rayap, makan tanah dan mencari sarang lebah. Semua itu menjadi petualangan yang
menyenangkan.
Tapi,
lagi-lagi kebahagiaan itu harus terenggut oleh tangan-tangan manusia serakah yang
hanya mementingkan keuntungan ekonomi semata. suatu hari Ibunya ditemukan tak
bergerak karena makan pisang beracun, sementara Jong tak ketahuan ada dimana. Dan
Ping sendiri tertangkap oleh jaring dan dibawa keluar hutan. Ketika aksi
manusia-manusia serakah itu diketahui pihak berwajib, Ping berhasil
diselamatkan dan dipindahkan ke lokasi konservasi orang utan di kawasan
Samboja, Kaltim. Di sana ia banyak memberontak. Sampai akhirnya ia bertemu
dengan molly, seorang gadis penyayang binatang. Akankah Molly bisa merubah
tabiat Ping yang sudah diganti namanya menjadi Karro? Ada visi dan misi apakah
Molly dan teman-temannya mengunjungi lembaga konservasi itu? Siapa pula Archie?
Kenapa dia harus cemburu dengan Nick, teman bule Molly yang empunya ide
kunjungan itu? Pada baca sendiri aja deeeh :p
Bravo!
Sepertinya novel ini memang layak untuk dinobatkan menjadi Juara satu lomba ’30
Hari 30 Buku’ Bentang Belia (saat itu ikut dag dig dug duer liat pengumumannya
yang super menegangkan via youtube). Dengan visi, misi dan segmentasi yang
jelas, novel ini diharapkan bisa mendobrak paradigma novel-novel remaja yang melulu berisi tentang cinta-cintaan.
Tema yang unik disajikan dengan perspektif yang berbeda. Bahasa yang enak dan
mengalir membuat novel ini terasa ringan tapi tetap cerdas. Bab demi bab yang
ditampilkan bergantian antara sudut pandang Ping dan Molly membuat novel ini
kaya dan tidak membosankan. Sudut pandang orang pertama membuat kita lebih bisa
menyelami nurani seekor orang utan, memahami isi hatinya yang kadang diabaikan
oleh manusia-manusia, kita semua! (saya merasakan aura ‘Black Beauty’ di sini..
Karya sastra yang mendunia itu :D).
Ini
juga menjadi salah satu bukti bahwa dunia maya bisa menumbuhkan persahabatan
yang inspiratif. Kedua penulisnya yang belum pernah bertemu berhasil kompak menyajikan
karya yang waw dan menggugah. Saya
mulai ‘mengenal’ mereka sejak marak lomba-lomba di fb pertengahan tahun 2010. Dan
nama mereka selalu nongol sebagai
pemenang (mereka lagiii... mereka lagiii, begitu komentar saya waktu itu :D) Jadi,
rasanya sudah tidak kaget kalau mereka keluar sebagai pemenang di Bentang Belia
kemarin, karena jam terbang mereka yang sudah cukup tinggi sebagai ‘hantu’
lomba.. ;p
Akhirnya,
hanya bisa berharap.. agar karya-karya berkualitas semacam ini mampu ‘merasuk’
ke dalam sanubari pembaca. Akan dimulai dari mana kalau tidak dari diri sendiri,
kesadaran untuk peduli dengan lingkungan dan habitatnya? Agar kita bisa terus
menatap keindahan kehijauan diluar sana, menghirup udara yang bersih tak
tercemar dan memastikan bahwa satwa-satwa liar itupun terpenuhi haknya untuk
hidup di ‘dunia’nya sendiri tanpa dikotori keegoisan manusia. Semoga semua itu bisa
dimulai dari membaca buku ini.. ~_~
Judul :
Ping, A Message From Borneo
Penulis : Riawani Elyta & Shabrina WS
ISBN :
9786029397178
Penerbit : Bentang Belia
Terbit : Maret 2012
No comments