Sebagai negara tropis, Indonesia pernah menjadi penghasil kelapa terbesar sedunia. Pohon kelapa bisa tumbuh subur di sepanjang garis pantai. Namun belakangan, ekspor kelapa Indonesia masih kalah dari Phillipina.

Sejarah mencatat, selama Belanda menjajah Nusantara, industri gula tebu diproduksi secara masif, yang berdampak terpinggirkannya produksi gula kelapa. Padahal dalam pembuatan gula kelapa, tidak membutuhkan mesin yang rumit seperti gula tebu. Rumah tangga bisa berdikari dengan memanfaatkan kemudahan ini sebagai peluang bisnis UMKM.

Kelapa berasal dari bahasa Sanskrit ‘Kalpa’ yang berarti tanaman yang menyediakan kebutuhan untuk hidup manusia. Pohon yang menyandang nama ilmiah Cocos nucifera L. ini memiliki segudang manfaat yang tak cukup dihitung dengan jari.

Bagian-Bagian Pohon Kelapa. Sumber: Buku Kelapa Pohon Kehidupan

Saya pun tak ragu menyebut kelapa sebagai raja dari segala pohon. Dan saya pun semakin kagum dengan kelapa setelah membaca buku yang ditulis oleh F.G Winarno, yang dijuluki Bapak pangan Indonesia ini.

Melalui buku ‘Kelapa Pohon Kehidupan’ ini, penulis mengharapkan kelapa bisa dibudidayakan secara luas di Indonesia karena nilai ekonominya yang tinggi.

Seluruh bagian pohon kelapa bermanfaat. Tak ada residu terbuang sia-sia jika tak diabaikan. Sebut saja, dari akar, batang pohon, daun, lidi, daging buah, air, bunga, batok kelapa, sampai arangnya. Mari kita kupas satu-satu.

Potensi Industri Kelapa. Sumber: Buku Kelapa Pohon Kehidupan

Manfaat Pohon Kelapa

1. Akar Kelapa

Akar pohon kelapa yang kuat bermanfaat mencegah abrasi daerah pantai dan membantu mencegah banjir. Akar kelapa juga biasa dipakai sebagai pengganti kayu bakar dan bahan pembuat kerajinan.

2. Batang Kelapa

Batang pohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan pengganti material kayu, perabot rumah tangga, bahan pembuat kertas dan arang briket.

3. Daun Kelapa

Daun kelapa sangat erat kaitannya dengan sosial budaya Indonesia. Di beberapa daerah, daun kelapa dipakai untuk dekorasi acara adat, bahan pembuat tikar, kerajinan anyaman, dan atap rumah. Daun kelapa juga sudah tak bisa dipisahkan dari ketupat. Rasanya kurang afdol jika ketupat memakai daun selain daun kelapa.

4. Lidi (Tulang Daun Kelapa)

Lidi juga identik dengan sapu. Hampir semua rumah tangga menyediakan sapu lidi untuk bebersih. Lidi juga dipakai untuk tusuk sate dan tusuk bungkusan yang terbuat daun pisang, sebagai pembungkus jajanan tradisional.

5. Bunga Kelapa

Mayang bunga kelapa bisa disadap dan menghasilkan nira. Nira bisa diolah menjadi gula kelapa yang harum. Gula kelapa ini sendiri bisa dibedakan menjadi gula padat dan gula bubuk (biasa disebut gula semut). Nira juga bisa dijadikan asam cuka.

6. Batok Kelapa

Batok kelapa banyak dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan dan bahan bakar. Arangnya bisa diolah menjadi briket yang memiliki nilai ekspor tinggi.

7. Serabut Kelapa

Serabut kelapa bisa diproses dan dipintal menjadi serat yang dikenal sebagai coin fiber. Jok mobil, isian bantal, kerajinan pot, sapu, keset adalah produk yang menggunakan coin fiber sebagai bahan bakunya. Serabut kelapa juga menjadi media tanam yang baik untuk beberapa tanaman hias.

8. Air Kelapa

Air kelapa yang terlindung berlapis-lapis merupakan air paling steril di dunia dan pernah digunakan sebagai ganti cairan infus pada Perang Dunia II. Air kelapa mengandung elektrolit yang berfungsi menggantikan cairan tubuh dengan cepat. Air kelapa dingin sangat segar dinikmati saat musim panas. Air kelapa juga bisa diolah menjadi nata de coco, yang enak dinikmati bersama es campur. Untuk air kelapa hijau, konon bisa membantu menetralkan racun dalam tubuh.

9. Daging Buah Kelapa

Daging buah kelapa bisa diolah menjadi santan, kopra, dan Virgin Coconut Oil (VCO). Selain santan segar, santan juga bisa diproduksi menjadi santan instan, baik dalam bentuk cair kemasan UHT maupun santan bubuk. Parutan kelapanya juga bisa dikeringkan untuk taburan kue. Sementara kopra bisa diolah menjadi produk-produk turunannya yang beragam seperti minyak goreng, mentega putih, margarin, dan bahan kosmetik. VCO dapat langsung diminum, konon bisa menjaga kestabilan kolesterol dalam darah.

Berbicara mengenai santan, tak bisa lepas dari makanan tradisional Indonesia yang mendaulatnya sebagai bahan baku utama. Rendang, daging olahan asal Sumatera Barat yang menjadi salah satu makanan terenak sedunia itu, rasanya tak akan lezat paripurna tanpa peran kentalnya santan. Memasak rendang dalam waktu yang lama hingga terjadi karamelisasi, akan memiliki daya awet tinggi. Pada zaman dulu, konon rendang bisa dibawa menjadi bekal naik haji yang perjalanannya bisa mencapai bulanan.

Makanan tradisional lain yang tak bisa lepas dari santan antara lain buntil, botok, wingko, apem, sagon, dodol, dan lain-lain. Makanan Indonesia memang banyak variasinya.

Buntil tak akan lezat tanpa kuah santan

Hal ini berbeda dengan makanan orang Eropa yang didominasi dari terigu dan susu. Konon, generasi tua Belanda akan mengonsumsi makanan dengan olahan santan untuk bernostalgia pernah tinggal di Nusantara. Namun dengan pertimbangan jarak, Belanda sebagai negara subtropis yang tak menghasilkan kelapa, harus mengimpor kelapa dari Suriname.

Potensi kelapa untuk dikembangkan sangat besar. Namun, sifat kelapa yang mudah basi menjadi tantangan, apalagi jika menjadi komoditas ekspor. Terlebih lagi untuk kelapa kopyor, yang tidak selalu ada dalam tiap pohonnya. Rasa kelapa kopyor yang lebih lezat menjadikan nilai jualnya tinggi, hampir 10 kali lipat kelapa biasa. Namun produksinya terbatas karena masih mengikuti kehendak alam. Para ilmuwan berusaha memperbanyak produksi kopyor dengan mutasi genetika, supaya tidak mudah basi.

Alur Pengembangan Kelapa Kopyor. Sumber: Buku Kelapa Pohon Kehidupan

Kelapa telah mendedikasikan seluruh bagiannya untuk kebermanfaatan dan pemenuhan kebutuhan manusia dalam banyak aspek. Kita, manusia, jika tak memberi manfaat untuk sekitar dan sesama, seharusnya malu kepada pohon kelapa. Tak apa, sesekali 'bercermin' pada pohon kelapa.

Judul Buku : Kelapa Pohon Kehidupan

Penulis         : F.G. Winarno

Penerbit         : Gramedia Pustaka Utama 

ISBN         : 978-602-03-1082-4