Persembahan Kupu-Kupu, Sebuah Metamorfosa



Lega.. itu yang terasa ketika akhirnya antologi ini terbit juga! Seharusnya ini menjadi antologi pertama, tapi ternyata proses penerbitan sebuah buku itu tidak semudah seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Persembahan kupu-kupu ini adalah sebuah metamorfosa bagi saya. Naskah dalam buku ini adalah naskah-naskah pilihan dari sebuah lomba menulis yang diadakan oleh Akhi Dirman Al Amin, dan itu adalah lomba yang pertama kali saya ikuti di dunia maya. Sungguh, perasaan saya bahagia tiada terkira waktu itu, mengingat saya masih awam dengan dunia lomba tulis-menulis (kelak tiba sebuah masa dimana saya kapok mengikuti lomba-lomba lagi, hehe.. )
Berawal dari keisengan saya bikin coretan di pesbuk dan selalu saya kasih judul ‘flash fiction bla bla bla”. Nah, kebetulan ada salah satu teman saya yang setia mengikutinya. Sampai suatu hari ada lomba ini, dia yang kasih infonya (makasih ya Kikiku sayaaang). Jadi, saya iseng aja ngikutinnya. Ada hal konyol (menurut saya) pas mau ngirim naskah ini. Ketentuan lombanya kan naskah harus terdiri dari 300 kata (pas, ga kurang ga lebih!). waktu itu (sumpah), saya ga tau kalo ada fasilitas Tool, Word Count di Microsoft Word, hadeeeh.. udik banget deh! Dan apa yang saya lakukan sodara-sodara? Iya.. saya ngitung satu-satu.. per kata pake pensil! (haduuuh, malu.. nutupin muka!). Praktis, nulis sama ngitungnya lebih lamaan ngitungnya!
Dan.. selama proses penjurian juga terjadi hal-hal yang konyooool banget. Tiap hari di wall’nya sang juri tuh rameee banget (ramenya udah kayak pilihan lurah, tapi ini ngedukung naskahnya sendiri-sendiri, hehe..) Ada yang salah alamat imel, ada yang kirim naskah tapi ada passwordnya (yang ini bikin ketawa.. jelas jurinya males dan langsung masukin folder delete!), ada yang memohon-mohon supaya naskahnya diloloskan (termasuk saya) dengan iming-iming tertentu (tapi ini hanya sebagai bahan becandaan kok, buat ngilangin ketegangan saat nunggu pengumuman!) Gimana ga tegang coba, penjuriannya tuh dibagi dalam 3 tahap (karena ternyata pesertanya membludak sekitar 500an orang). Syukurlah, waktu itu lolos masuk di tahap pertama, jadi deg-degannya tidak diperpanjang. Trus yang lebih konyol lagi nih, pengumuman lombanya selalu jam 24:00 WIB (bisa aja nih jurinya bikin kita begadang mulu!). Ada lagi yang paling bikin senewen waktu itu, lagi tegang-tegangnya nunggu pengumuman, eh teryata harus diundur berkali-kali, salah satunya adalah karena sang juri sedang terjebak banjir, hehe.. (ya beginilah serunya lomba di pesbuk, tergantung sikon, hehe..). Dan ada satu hal lagi yang ga bisa saya lupain waktu itu, ada seorang penulis yang sudah punya nama gitu, tapi naskahnya tidak lolos. Ujung-ujungnya jadi berantem dengan jurinya. Ah, tapi sudahlah.. seiring berjalannya waktu, mereka berdamai kembali. Kadang segala sesuatu itu memang tidak berjalan mulus, tapi biasanya disitulah letakl hikmahnya. Semoga!
Tidak berhenti sampai disitu, ternyata prosesnya masih puanjaaang.. memakan waktu selama hampir 9bulanan untuk sampai bener-bener ‘lairan’. Awalnya naskah ini mau diterbitin sama salah satu penerbit berinisial HP gitu.. tapi karena tiba-tiba tidak ada kabar, terpaksa deh musti ditarik kembali, padahal itu penerbit yang udah dari awal sponsorin lomba. Kemudian dialihkan ke penerbit lain. Dan ini juga memakan waktu lama, selalu dan selalu tertunda. Salah satu alasannya, karena ternyata masih banyak yang belum ngumpulin biodata (memang susah ya, karena tidak semuanya selalu on ngikuti perkembangannya, bahkan ada yang sampai lupa ). Setelah sekian lama berdebar-debar, harap-harap cemas.. akhirnya terbit juga, meskipun (ternyata) tidak di dua penerbit sebelumnya. Ini yang dinamakan kejutan dari sang juri. Seperti isi bukunya juga yang penuh dengan kejutan.
Flash fiction atau fiksi mini.. belakangan memang sedang menjadi tren. Flash fiction merupakan karya fiksi yang lebih singkat dari cerpen, biasanya jumlah kata dibatasi dan endingnya selalu mengejutkan (sulit ditebak). Tapi justru karena keterbatasan kata itulah, kita dituntut untuk membuat rangkaian kata yang efektif dan mengena. Salah satu triknya adalah dengan mengurangi deskripsi karakter maupun setting yang terlalu berbelit-belit. Ini sangat bertolak belakang dari novel. Seorang Ernest Hemingway pernah membuat flash fiction yang hanya terdiri dari 6 kata, “Dijual: sepatu bayi, belum pernah dipakai.” (silahkan berasumsi sendiri apa maksud dari cerita yang hanya terdiri dari satu kalimat itu). Terdengar aneh? Memang! Tapi ini nyata (ups, maksudnya nyata di dunia fiksi!). Prinsip flash fiction adalah kilat, sehingga rangkaian ceritanya tidak utuh. Terlepas dari kelemahan dan banjir protes terhadap keberadaannya, ternyata flash fiction yang sering juga disebut sebagai CerMin atau cerita mini ini, digemari banyak kalangan (terbukti dengan banyaknya lomba yang mengangkat tema ini) dan turut memperkaya khasanah literasi indonesia. Ini adalah alternatif bagi yang tidak suka membaca novel, yang dirasa lama, buang-buang waktu dan membosankan. Hehe.. say sorry to novel for a while.
Akhirnya, buku ini menjadi antologi yang kesekian bagi penulis-penulis yang sudah beken. Dan menjadi kebanggaan bagi pemula yang belum pernah menerbitkan buku sama sekali (saya ngetik sambil tunjuk jari). Jujur, ini adalah metamorfosa.. setelah ini saya ketagihan mengikuti lomba-lomba. Tapi yang namanya lomba, pasti ada menang ada kalah. Ada kalanya juga rasa jemu melanda. Ketika itu baru terpikir, kenapa tidak mencoba menerbitkan sendiri? Bukankah pahit getirnya berjuang itu akan terasa manis kalau kita sudah sampai pada tujuan? Ah, semoga Allah meridhoi setiap proses perjalanan ini.. Amin Ya Rabb!

You Might Also Like

1 comment