Belakangan ini istilah ‘Brain Rot’ mengemuka, apalagi setelah dinobatkan sebagai Word of the Year Oxford untuk tahun 2024. ‘Brain Rot’ menggambarkan pembusukan otak (penurunan mental) karena terlalu banyak mengonsumsi tontonan, bacaan, atau konten media sosial berkualitas rendah. Istilah ini mencerminkan kepedulian terhadap keseimbangan antara aktivitas bermedia sosial dalam jagat maya dan kehidupan nyata.
Tahukah kamu bahwa istilah ‘Brain Rot’ ini muncul pertama kali dalam buku Walden yang ditulis oleh David Henry Thoreau sekitar 171 tahun yang lalu? Dan mengapa istilah ini menjadi relevan bahkan setelah berganti abad?
Walden adalah karya klasik yang terbit pada tahun 1854, ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Thoreau ketika tinggal dalam sebuah kabin yang dibangun sendiri di hutan selama 2 tahun 2 bulan dan 2 hari di tepi danau Walden, Concord, Massachusetts. Tanah tempat kabin tersebut berdiri adalah milik Ralph Waldo Emerson, seorang filsuf yang merupakan mentor Thoreau. Thoreau sendiri adalah seorang filsuf, naturalis, dan tokoh terkemuka dalam gerakan transendentalisme, sebuah gerakan yang menekankan pentingnya intuisi, pengalaman kesatuan dengan alam semesta dan keyakinan pada keberadaan kekuatan spiritual di luar batas indera manusia. Thoreau juga dikenal melalui esainya ‘Civil Disobedience’ yang menginspirasi gerakan hak-hak sipil di seluruh dunia. Karya-karyanya yang lain memengaruhi pemikiran ekologis dan sosial sampai hari ini.
Pada tahun 1854, Amerika Serikat sedang mengalami perubahan besar baik sosial maupun politik. Periode itu merupakan transisi dari kehidupan masyarakat agraris ke masyarakat industri. Pertumbuhan kota-kota besar dan transportasi memicu perubahan sosial yang signifikan. Melalui Walden, Thoreau menyampaikan pandangannya yang kritis, melihat dampak negatif industrialisasi dan urbanisasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan, serta respon terhadap materialisme yang semakin mendominasi kehidupan masyarakat saat itu.
Walden berisi tujuh belas esai. Esai pertama yang diberi judul ‘Ekonomi’ adalah esai terpanjang, yang mendominasi hampir seperempat buku. Thoreau mencatat dengan detil segala kebutuhannya, termasuk pengeluarannya untuk membuat kabin kecil, makan, dan berkebun. Thoreau menekankan penggunaan furnitur yang simpel dan berguna, serta menghindari pemilikan terlalu banyak barang. Thoreau bahkan membuat kalkulasi bahwa dia hanya perlu bekerja selama enam minggu dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama setahun. Kemandirian dan kesederhanaan semakin tampak ketika dia memilih untuk menambal pakaiannya daripada membeli yang baru.
Bab-bab lainnya menggambarkan keindahan lingkungan Walden dalam setiap musim, dan interaksi sosial dengan masyarakat sekitar. Barangkali, deskripsi tentang keindahan alam itulah yang membuat saya mungkin akan memfavoritkan buku ini.
Thoreau menangkap setiap momen yang menghampiri kabin untuk mengasah kepekaannya, mulai dari suara kereta api, langkah kaki tamu yang datang, gemuruh angin, lenguhan sapi, kicauan burung, kokokan ayam, hingga retakan salju yang mulai mencair. Suara-suara alam yang mungkin abai kita dengarkan dalam ketergesaan. Bagi Thoreau, mengamati bagaimana salju mencair dan menyaksikan kembali kelahiran alam yang hijau adalah manifestasi jiwa manusia itu sendiri. Thoreau begitu menikmati alam sampai menganggap bahwa satu-satunya obat yang dia perlukan adalah menghirup udara pagi.
Thoreau gemar mengamati hewan-hewan liar dan menanyakan pemikiran, apakah berburu dan memakan daging itu perlu. Menurutnya, itu adalah dorongan manusia primitif untuk membunuh hewan dan memakannya demi kebutuhan duniawi dan bertahan hidup. Dia memuji vegetarianisme, kerja keras, kesucian, dan tak meminum alkohol. Thoreau menegaskan, “Bentuk tertinggi dari pengendalian diri adalah ketika seseorang dapat bertahan hidup bukan dari hewan lain, tetapi dari tanaman yang dibudidayakan dari bumi.”
Selain menikmati dan menghormati alam, Thoreau juga bahagia ketika ada yang berkunjung dan sangat menghargai orang lain dengan segala pengalamannya. Bahkan jika dia harus pergi sesekali, kadang dia tak mengunci kabinnya supaya jika ada orang yang lewat dapat singgah dan beristirahat dengan memanfaatkan kabinnya. Faktanya, dia memiliki lebih banyak pengunjung daripada ketika hidup di kota. Thoreau juga sering berkunjung ke desa tetangga untuk mengobrol dengan warga, dan sesekali pergi ke kota untuk mendengarkan berita yang sedang marak. Dalam sebuah perjalanannya ke kota, dia pernah dipenjara karena menolak membayar pajak pemungutan suara, terkait ketidaksetujuannya terhadap praktik perbudakan.
Eksperimen Thoreau untuk hidup di hutan dengan segala keterbatasannya, memberinya pengalaman dan catatan berharga tentang makna kehidupan, refleksi diri, dan kritik terhadap masyarakat kapitalis. Kehidupan masyarakat modern yang sarat materialisme menyebabkan berbagai masalah yang berujung keputusasaan bagi banyak orang. Gangguan mental semacam itu dapat diminimalisir dengan hidup sederhana dan autentik di alam, yang menumbuhkan hubungan sehat antara diri sendiri dan alam sekitar sehingga tercipta ketenangan dan kedamaian batin. Thoreau mengkhawatirkan masyarakat yang terlalu bergantung pada kebiasaan yang tidak reflektif, dengan menegaskan, “Sementara Inggris berupaya menyembuhkan penyakit busuk kentang, bukankah akan ada upaya untuk menyembuhkan penyakit busuk otak—yang terjadi jauh lebih luas dan berakibat fatal?”
Sangat relevan bukan dengan kehidupan serba canggih zaman teknologi informasi sekarang ini? Ketika setiap hari kita dikepung segala macam bentuk aplikasi dan dibanjiri informasi, lama-lama otak akan berada pada titik jenuhnya dan kelelahan. Apa yang bisa menyegarkan otak kembali? Rasanya bukan sesuatu yang berlebihan jika jawabannya adalah kembali kepada alam dan evaluasi diri.
Dan bukan sesuatu yang berlebihan pula jika pada akhirnya saya memfavoritkan buku ini. Meskipun saya sedikit lelah membacanya karena paragraf-paragrafnya yang cukup panjang, tetapi ya begitulah tipikal karya klasik. Kelebihan dari segi ide, nilai, dan pesan yang tetap relevan melintas abad, rasanya cukup untuk menutupi setitik ketidaknyamanan membaca itu.
Judul Buku : Walden, Life in the Woods
Penulis : David Henry Thoreau
***
Buku dijamin original. Ada koleksi buku baru dan preloved.
No comments