Review Going Solo - Roald Dahl

Kalian pernah nonton film Charlie and The Chocolate Factory, The Witches, atau Matilda? Yap, itu adalah film-film yang diadaptasi berdasarkan novel-novel Roald Dahl. Kebanyakan novel Roald Dahl mengisahkan keheroikan anak-anak melawan tirani orang-orang dewasa di sekitarnya.

Selain menulis fiksi, Roald Dahl juga menulis nonfiksi. Going Solo merupakan autobiografi keduanya, lanjutan dari autobiografi sebelumnya yang berjudul Boy. Going Solo terbit pertama kali di Inggris pada tahun 1986.

Review Going Solo - Roald Dahl


Going Solo berisi kisah petualangan Roald Dahl yang begitu fantastis ketika pertama kali bekerja pada perusaahaan minyak Shell Inggris yang berlokasi di Afrika ketika usianya masih muda, serta pengalamannya menjadi pilot tempur kerajaan Inggris pada Perang Dunia II. Kenapa saya bilang fantastis? Karena sepanjang membaca buku ini, saya sering berkata wow dan wah.

Hampir dalam setiap bab, Roald Dahl menyelipkan surat-surat yang dia tulis untuk ibunya di Inggris. Surat-surat berisi pengalaman dan emosinya yang terasa lebih personal. Beberapa sempat dikirim, beberapa tidak.

Kisah dimulai pada tahun 1938 ketika Roald Dahl melakukan perjalanan dengan kapal laut SS Mantola menuju Afrika. Pada masa itu, perjalanan dengan kapal laut dari Inggris ke Afrika memakan waktu selama dua minggu. Roald Dahl menggambarkan ketidaknyamanan selama perjalanan dikarenakan iklim dan perilaku beberapa penumpang.

Lima bab selanjutnya menceritakan tentang pengalaman Roald Dahl ketika tinggal di Tanzania. Di sana, dia mengalami berbagai kejadian luar biasa terkait kondisi alam dan budaya setempat. Tantangan untuk bertahan hidup karena berdampingan dengan berbagai hewan liar memberinya pengalaman berharga. Kedekatan dengan seorang pelayan lelaki yang lebih muda dan kelancaran berkomunikasi menggunakan bahasa Swahili menunjukkan kemampuan Roald Dahl yang mudah beradaptasi. Dia juga sangat memahami dan menghormati budaya setempat, serta berusaha sebijak mungkin mengambil keputusan ketika dihadapkan pada kejadian tak terduga terkait isu perang dan kesalahan pelayannya.

Review Going Solo - Roald Dahl


Pada November 1938, setelah dua bulan Inggris perang melawan Jerman, Roald Dahl memutuskan untuk mendaftar sebagai pilot tempur kerajaan Inggris. Dia harus menempuh perjalanan darat seorang diri sepanjang 600 mil melewati Afrika Tengah untuk sampai ke Nairobi, Kenya. Pengalaman sebagai pilot inilah yang mendominasi isi buku ini hampir tujuh bab selanjutnya.

Di Nairobi, Roald Dahl menjalani serangkaian tes kesehatan dan menjalani pelatihan sebagai pilot selama tiga bulan. Meskipun pelatihan itu berat, tetapi Roald Dahl mengungkapkan bahwa terbang adalah pengalaman yang menakjubkan baginya. Ini adalah transformasi baginya dari warga sipil menjadi tentara.

Ketika perang semakin memanas, Roald Dahl dikirim ke Libya dan berhasil menjalankan beberapa misi melawan Jerman. Namun, perang adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi. Terutama ketika Jerman mulai menggunakan senjata bom. Dia mengalami kecelakan akibat kesalahan navigasi dan kerusakan mekanik. Dalam sebuah bab, Roald Dahl mengklarifikasi artikel majalah Amerika yang terlalu mendramatisir terkait kecelakaannya, yang pada faktanya bukan disebabkan oleh musuh.

Akibat kecelakaan yang dialaminya, Roald Dahl mengalami kebutaan selama kurang lebih enam minggu dan harus dirawat intensif. Ketika penglihatannya perlahan membaik, dia mulai mempelajari realitas dan sampai pada kesimpulan bahwa dia mungkin tidak dapat kembali aktif sebagai pilot. Dalam masa penyembuhannya, Roald Dahl banyak menghabiskan waktu dengan sebuah keluarga di Alexandria, Mesir.

Ketika skuadronnya dipindahkan ke Yunani, Roald Dahl menyiapkan diri untuk kembali terbang dengan tipe pesawat baru. Karena medan yang berat seperti angin topan, kekurangan pengalaman dengan pesawat baru dan pertemuan dengan bandit, episode perang di Yunani adalah klimaks seorang Roald Dahl menjadi pilot. Militer Inggris berjuang keras memukul Jerman. Tak hanya perang, ancaman kelaparan pun menghantui. Maka, setelah kekacauan demi kekacauan perang, melepaskan diri adalah bentuk keamanan. Roald Dahl merefleksikan perang demi perang yang semakin meluas ke Timur Tengah dalam surat-surat untuk ibunya.

Going Solo dan Eksistensi Palestina

Ada satu bab sebelum buku mencapai bagian akhirnya yang diberi judul Palestine and Syiria. Jika diibaratkan Perang di Yunani adalah klimaks, maka bab Palestine and Syiria adalah antiklimaks. Setelah sukses dalam Perang Yunani 1941, Jerman kemudian meluncurkan invasi ke Pulau Crete di Mediterania. Syiria dan Lebanon menjadi tujuan selanjutnya untuk penetrasi wilayah yang telah didominasi oleh militer Vichy Perancis pro Jerman. Kampanye Syiria itu membuat militer Inggris menyebar untuk menghambat Vichy Perancis.

Roald Dahl pun melakukan perjalanan darat menggunakan mobil seorang diri dari Mesir ke Palestina melalui Terusan Suez, Beersheba, lalu mencapai Haifa. Sepanjang perjalanan melalui padang pasir, Roald Dahl menemukan semacam ketenangan dan melakukan kontemplasi.

Review Going Solo - Roald Dahl
Percakapan Roald Dahl dan pengungsi Yahudi di Palestina, 1941


Di Haifa, Roald Dahl bertemu dengan pengungsi Yahudi yang berasal dari Eropa. Lalu terjadi sebuah percakapan yang menurut saya adalah catatan penting terkait eksistensi Palestina. Pengungsi Yahudi tersebut mengaku ditampung oleh penduduk Palestina dan diizinkan tinggal, serta menggarap lahannya untuk bisa menaman bahan makanannya sendiri. Roald Dahl sebenarnya tidak tahu-menahu tentang pengungsi Yahudi, karena pada masa itu koloni Inggris masih bersifat parokial dan terisolasi, sehingga surat kabar lokal yang dibacanya tidak menyebutkan apapun tentang penganiayaan yang dilakukan Hitler kepada kaum Yahudi.

Review Going Solo - Roald Dahl
Percakapan Roald Dahl dan pengungsi Yahudi di Palestina, 1941


Ketika Roald Dahl bertanya lagi apakah pengungsi tersebut akan terus tinggal dan menjadi penduduk Palestina, jawabannya di luar dugaan. Pengungsi Yahudi terang-terangan menjelaskan bahwa mereka memiliki masalah dengan tanah air. Bahwa hanya tinggal menunggu waktu saja, cita-cita mereka memiliki tanah air akan segera terwujud di tanah Palestina. Roald Dahl merasa ada yang salah dengan jawaban-jawaban itu, yang kelak akan dia temukan fakta-faktanya. Salah satunya dia ungkapkan ketika membuat literature review untuk buku yang berjudul God Cried pada tahun 1983.

Buku ini ditutup dengan perjalanan Roald Dahl kembali ke Inggris dan mencari ibu serta keluarga lainnya. Perang telah mengacaukan segalanya. Maka sebuah pertemuan kembali menjadi sesuatu yang sangat mahal dan berliku.

Bagi saya, Going Solo memiliki struktur penceritaan padat, yang dinarasikan dengan tepat dan imaginatif. Dengan selisih penulisan setelah empat puluh tahunan berlalu dari momen yang diceritakan, menandakan bahwa ingatan seorang Roald Dahl begitu kuat, terbukti dengan detail-detail kecil yang tak luput disertakan. Tentu, catatan-catatan dalam buku diary yang selalu dibawa kemana-mana itu juga tak kecil perannya.

Review Going Solo - Roald Dahl
Surat untuk ibunya, yang ditulis Roald Dahl di Palestina, 1941


Dari sini, saya mengerti mengapa Charlie and The Chocolate Factory, The Witchess, atau Matilda memuat cerita yang fantastis. Pertama, inspirasi dari pengalaman Roald Dahl dalam dunia nyata yang menurut saya memang menakjubkan. Kedua, kedekatan dengan ibunya yang sering menceritakan dongeng-dongeng Norwegia yang didominasi tokoh Troll, semakin mengayakan imajinasi yang mendukung cerita-ceritanya.

Roald Dahl telah mengikat segala pengalaman hidupnya dan menginspirasi dirinya menjadi pencerita yang hebat. Maka, salah satu kutipan dalam buku ini valid adanya, “A life is made up of a great number of small incidents and a small number of great ones.”


Judul        : Going Solo
Penulis    : Roald Dahl
ISBN         : 9780141965338
Penerbit : Penguin Books

***

Dalam rangka decluttering buku, saya menjual buku-buku yang telah selesai saya baca dengan harga lebih murah di sini: Alitera Books

Buku dijamin original. Ada koleksi buku baru dan preloved.

Untuk koleksi buku Roald Dahl, saat ini tersedia: Matilda New


You Might Also Like

No comments