Yang Kedua, Ketika Cinta Terbelenggu


Mmm, kali ini aku nggak mau yang formil-formil amat ah cuap-cuapnya.. :D
Yang nyantai-nyantai aja...

Jadi, pas hari buku sedunia kemarin (23 April).. pas banget dapat kiriman buku dari mbak Riawani Elyta. Iyaa.. kali ini aku dapet gratisan (horaaaay, jangan pada ngiri yaa ;p) Makasih, makasih, makasiiiiiih

Meraba covernya.. wuiiih, bikin mupeng! Tiap ke tokbuk, selaluuuu terpesona dengan cover-cover buku terbitan gagas dan lini-lininya. Bahan covernya itu lho, lain dari yang lain.. enaaak aja buat diraba-raba :D

Membuka halaman pertama.. Cling, tambah terpesona lagi. Kenapa? ada dua cap di situ : “BUKU INI TIDAK DIJUAL” dan “PERSEMBAHAN PENERBIT”. Wuiiih, berasa jadi orang penting nih, uda dapet gretongan, bukti terbit lagi! (lebay’nya saiyah.. yowis ben). Oooh, jadi kayak gitu tho kalau kita dapet bukti terbit dari penerbit (dalam hati merapal do’a.. suatu saat nanti, aku juga harus bisa mendapatkan bukti terbit kayak gitu, Aamiin Ya Rabb).

Eh, uda jadi kebiasaan sebelum mulai membaca pasti ‘menyapu bersih’ dulu cover bagian depan dan belakangnya, dan taraaaaa.. glek! Di bagian dalam cover belakang itu.. yang pake jilbab oren.. MasyaAllah cuantiknyaaaa.. (hal ini sangat-sangat mengganggu ketika membaca isi novel selanjutnya. Gimana nggak ngganggu coba, bentar-bentar ngelirik itu, bentar-bentar ngelirik itu.. ngelirik kok cuma bentar, halah..) Sssstt, coba kalau si RR baca novel ini dan liat foto itu yak.. waaaaaaa (yakin dia bakal nyesel lair belakangan and never met her before, wkwkwk). #Plak.. dilempar sendal jepit sama Mbak Lyta :p

Yang Kedua, begitulah judul novel ini. Isinya sangat jauh dari ekspektasiku sebelumnya. Aku membayangkan dari dua kata ‘yang kedua’ itu saja sudah berasumsi yang macam-macam, misalnya aja tentang (maaf) selingkuh (jadi inget lagunya Astrid -yang kedua- kan juga nggak jauh-jauh dari itu). Tapi ternyata, di sepanjang novel ini tak kutemukan satu katapun yang mengacu ke hal itu. Dan.. meskipun novel ini bergenre romance, tapi adegen demi adegan ditampilkan dengan begitu halus dan sopan. Sepertinya mbak Lyta memang sudah komit dengan batasan-batasan fiksi yang baik menurut definisinya sendiri (aku juga setuju banget! :D).

Tak ada bahtera yang akan selamat tiba di tujuan jika sang nakhodanya sendiri tak memikirkan keselamatan penumpangnya, bahkan terus-terusan melubangi sendiri bahteranya.” (Hal : 210)

Adalah Vienna, seorang pemalu yang punya hobi menyanyi di kamar mandi. Suara emas -bakat alami yang dimilikinya- tak membuatnya menjadi orang yang penuh dengan rasa percaya diri. Ia justru enggan tampil di depan publik. Sampai suatu ketika, ia mengikuti sebuah festival menyanyi dan hanya Haris –suaminya- yang mendukungnya. Alasan mengikuti festival itu sebenarnya hanyalah karena hadiah dari sponsor yang terbilang wah, mengingat kehidupan Vienna dan haris yang terbilang pas-pasan. Tak disangka, Vienna berhasil menjadi juara dua.

Festival berskala daerah itu mengantarkan Vienna pada festival berskala Asia. Ia dan Dave –yang menjadi juara pertama- berhasil memenangkan festival tersebut dan mendapat kontrak rekaman duet. Dalam waktu yang tidak begitu lama, mereka menjadi begitu terkenal dan dipuja.

Seiring popularitas yang terus menanjak, gelimang materipun memanjakannya. Tapi Vienna tak sepenuhnya menikmati itu. Hasil jerih payahnya selalu tak cukup untuk memenuhi ambisi bisnis Haris. Haris begitu egois, tak pernah diitampakkan kasih sayangnya sebagai seorang suami. setiap saat, hanya bisnis yang memenuhi nalurinya.

ketika Vienna berada di titik kritis kegelisahan akan rumah tangganya, ada Dave yang selalu berusaha care, bahkan sejak awal mereka menjadi teman duet. “Dia seorang istri. Selamanya akan tetap bertahan untuk setia. Kalaupun ada secelah rasa yang ia miliki untukmu, yakinlah, ia pasti akan berusaha melenyapkannya dengan cara apapun.” (Hal : 146). Begitulah, Vienna selalu berusaha menjaga rumah tangganya. Dan Davepun mengerti, ia tak serta merta jujur kalau Vienna telah menempati salah satu ruang di hatinya. Semuanya mengalir begitu saja.. Karena rasa tidak pernah salah, tergantung di mana menempatkannya.

Mmm, pada penasaran dengan kelanjutannya? Bagaimana ending dari kisah ini? Apa yang terjadi dengan rumah tangga Vienna dan Haris? Alasan apakah yang sebenarnya melatarbelakangi Haris sehingga ia begitu ‘leluasa’ menekan istrinya itu? Apakah semuanya akan baik-baik saja ketika Vienna memutuskan untuk meninggalkan popularitas yang dimilikinya dan kembali memulai semuanya dari awal? Adakah kesempatan bagi Dave untuk berbagi perasaan? Kira-kira, ada kisah apa yang kemudian menghentak kesadaran Dave untuk memperjuangkan perasaannya? Dan.. ketika dia sudah hampir berhasil, ada sebuah kenyataan pahit yang harus ditelannya. Sanggupkah ia menerima hal itu? kasih tahu nggak yaaa.. Baca ndiri aja deeh :p

Seperti biasa, Mbak Lyta selalu menyuguhkan kalimat-kalimat cerdas dalam novel-novelnya. Berbeda dengan ‘Tarapuccino’ dan ‘Persona Non Grata’ yang konfliknya menghentak-hentak dan beraroma suspence, ‘Yang Kedua’ ini sealiran dengan ‘Hati memilih’ yang konfliknya lebih halus dan beraroma romantis. Penjiwaan atas pergulatan batin tokohnya dapet banget, sehingga kisahnya mengalir begitu lembut. Salut deh buat Mbak Lyta yang makin serba bisa aja nih! Suspence oke banget, Romance juga tak kalah oke! Dan, di novel ini akan kamu temukan quote-quote manis dan inspiratif lho! Kita juga bisa belajar tentang kearifan hidup dari sebuah kesederhanaan lewat kisah Paman Goh Kee. Benar-benar membuat terharu! “Biarlah kata cinta hanya jadi milik mereka yang terus mencari, aku cukup menjalani apa yang sudah kumiliki. Bagiku, cinta tak lebih sekadar ucapan di bibir selama kau tak mampu memperjuangkan apapun. (Hal : 234)

Cinta adalah sebuah penerimaan yang tulus. Cinta takkan pernah menjadi beban. Karena kebahagiaan terbesar adalah ketika kita diberi kesempatan untuk membahagiakan orang yang kita cintai.. :)

Yuuuuk, yang ke toko buku.. jangan lewatkan novel ini yaaa... ^_*


Judul        : Yang Kedua
Pengarang  : Riawani Elyta
ISBN         : 6022200407
Tebal         : vi + 250 Halaman; 13 x 19 cm
Penerbit     : Bukune


You Might Also Like

No comments