Ada kala, saat sudah lelah dengan rutinitas yang mengepung hari-hari, kau butuh menepi sejenak. Agar pikiranmu kembali jernih. Agar jiwamu kembali bersih. Kau bisa menyingkirkan sebentar segala tumpukan kewajiban itu.
Kau bisa melakukan apapun yang kau sukai. Menikmati senja di pinggir pantai misalnya.
Mmm, jangan, jangan kau bandingkan dengan senja di pantai pulau-pulau yang masih alami itu. Pasti tidak akan lebih unggul. Hanya saja, suasana senja di manapun, asal dinikmati dengan rileks, damai akan hadir menenteramkan jiwa.
Jakarta punya Marina. Yang sekarang sudah berbenah dengan cantik. Tak kalah pesonanya dengan pantai di kota-kota besar lain. Sebagai warga, kita dimanjakan dengan fasilitas-fasilitas publik yang makin lengkap. Kawasan Ancol makin asri dan berseri. Sebagai penikmat, jangan alpa dari kewajiban menjaga kebersihannya.
Senja di Marina juga indah. Kau bisa menikmatinya sambil duduk santai di pinggir pantai. Memandang perahu-perahu nelayan tradisional kembali pulang, setelah seharian berjuang mencari nafkah. Mengingatkan, bahwa kita tak berjuang sendirian. Miliaran orang di dunia ini juga melakukannya.
Senja menghadirkan cerita tentang perjuangan yang masih akan terus disulam, tentang doa-doa yang tak henti dipanjatkan. Senja menggenapkan anugerah hari itu. Senja pula yang mengiring harapan untuk jeda sejenak. Lalu semburat jingganya akan mengabarkan kepada rona pagi untuk melanjutkannya.
Melanjutkan meraih harapan-harapan, dengan semangat terbarukan.
Lalu semburat jingganya akan mengabarkan kepada rona pagi >> Duh, namaku disebut-sebut. Kuterhura jadinya ���� Bydewey juru potretnya siapa, kak? ��
ReplyDelete~ AR ~
Great blog
ReplyDelete