Menilik Politik Negeri Melalui Catatan Najwa
Siapa yang tak kenal Mata Najwa? Acara yang dipandu oleh Najwa Shihab itu, kini telah tayang lebih dari satu dekade. Mata Najwa menjadi salah satu dari sedikit acara gelar wicara televisi yang mengakomodasi suara-suara masyarakat dengan materi yang menjernihkan dan mencerdaskan. Selain diskusi yang bernas, pada setiap pembuka dan penutup acaranya, Najwa Shihab menyelipkan catatan yang selalu menarik untuk ditilik.
Catatan Najwa adalah kumpulan
prolog dan epilog acara Mata Najwa musim pertama yang tayang dari tahun 2009
sampai 2017. Setiap catatan ditulis dengan lugas, padat, dan tajam. Kadang
serupa puisi, kadang serupa pantun, dengan rima yang teratur dan runtun. Terlihat
bahwa Najwa Shihab begitu jeli mengolah kata dan rasa. Membaca
setiap halamannya, kadang saya tersenyum getir, tak jarang tertawa
tergelak-gelak, dan tergelitik menilik arena politik negeri ini yang seringkali
terlihat bak panggung lelucon. Ironis memang, karena data-data yang disuguhkan
adalah fakta adanya.
Catatan Najwa seolah mewakili suara rakyat yang terbungkam, membela kepentingan publik dan kaum yang termarginalkan. Ketika satu per satu lembaga pengemban amanah reformasi takluk oleh korupsi dan pejabat negara bergiliran masuk penjara, makna politik patut dipertanyakan. Apakah benar politik adalah panggilan mulia untuk melayani warga negara, atau hanya alat untuk menuruti ambisi berkuasa semata? Lembar demi lembar Catatan Najwa menggambarkan secara gamblang wajah politik negeri ini. Banyak pemimpin yang berdedikasi, tetapi tak kalah banyak pula yang mempermalukan diri.
Menutup lembaran Catatan Najwa, membuka mata saya mengenai konstelasi politik dengan segala dinamikanya. Catatan Najwa menjelma arsip sejarah dan menjadi saksi negeri dalam menegakkan demokrasi, khususnya pascareformasi. Secara tak langsung, saya belajar tentang literasi politik dan pemerintahan. Saya pun berefleksi diri, kontribusi apa yang telah saya persembahkan untuk negeri? Adakah nasionalisme tetap tumbuh di antara integritas yang mulai runtuh? Sekali lagi, saya belajar dari seorang Najwa Shihab yang konsisten menyuarakan toleransi, anti-korupsi, serta kolaborasi dan partisipasi kaum muda dalam politik.
Generasi muda diharapkan berperan aktif dalam politik untuk kecemerlangan masa depan negeri. Seperti kutipan dalam buku ini: “Mari merayakan Indonesia, bukan berlomba memangsa kekayaan negara. Indonesia sudah besar sebagai angka, di tangan kita angka harus berubah jadi sejahtera.”
Seiring kemajuan zaman, generasi muda dihadapkan pada tantangan melimpahnya informasi dan konten pada platform digital seperti media sosial, yang sebagian besar tak tereditorialisasi. Diperlukan daya saring untuk memilah konten tersebut, salah satunya menajamkan wawasan dengan membaca buku.
Generasi yang banyak membaca, akan terbekali dengan banyak referensi, sehingga tidak mudah dibodohi, diprovokasi, atau dimanipulasi. Akumulasi pribadi yang cerdas berliterasi akan menumbuhkan karakter bangsa yang kuat, yang mampu bersikap kritis dan bernarasi secara presisi, untuk berpartisipasi membangun negeri dan mengawal tegaknya demokrasi.
Judul Buku : Catatan Najwa
Penulis : Najwa Shihab
Penerbit : Literati
ISBN :
978-602-8740-58-6
No comments