Review Film Oppenheimer


Film dengan latar belakang Perang Dunia II selalu menarik perhatian saya. Mengulik beragam cerita yang mewarnainya, serasa membuka lembaran-lembaran sejarah yang abai dipelajari di sekolah atau bangku kuliah.

Oppenheimer, film besutan Christopher Nolan yang ditulis berdasarkan biografi American Prometheus tahun 2005 oleh Kai Bird dan Martin J. Sherwin ini, seolah menjadi pelengkap puzzle kisah dalam puluhan film tentang perang dunia yang telah saya tonton sebelumnya.

Oppenheimer merupakan film biopic thriller yang mengisahkan kehidupan J. Robert Oppenheimer, seorang fisikawan teoritis yang berkontribusi besar pada bidang fisika, termasuk pencapaian dalam mekanika kuantum dan fisika nuklir, teori bintang neutron dan lubang hitam, teori medan kuantum, dan interaksi sinar kosmik.

Sinopsis Film Oppenheimer

Oppenheimer tercatat sebagai mahasiswa jenius yang memperoleh gelar sarjana kimia dari Universitas Harvard pada tahun 1925. Dua tahun setelahnya, ia menyabet gelar PhD dalam bidang fisika dari Universitas Göttingen di Jerman. Ia kembali ke Amerika Serikat untuk mengatasi kelangkaan penelitian fisika kuantum, dan pada tahun 1936 menjadi profesor penuh di Departemen Fisika Universitas California.

Pada tahun 1942, Leslie Groves, seorang Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat, merekrut Oppenheimer untuk memimpin Proyek Manhattan dalam pengembangan bom atom. Ketika itu, Nazi Jerman diperkirakan sedang menjalankan program senjata nuklir. Dengan subyektivitas Oppenheimer sebagai keturunan imigran Yahudi, ia pun menyetujui rencana pengembangan tersebut dan mengumpulkan tim ilmiah di Los Alamos, New Mexico, dengan maksud membuat bom diam-diam untuk ‘menyelamatkan dunia’.

Pada suatu ketika, Oppenheimer pernah berdiskusi dengan Albert Einstein bahwa kemungkinan teoretis dari bom atom itu bisa memicu reaksi berantai yang justru dapat menghancurkan seluruh dunia.

 

Review Film Oppenheimer
Oppenheimer dan Einstein
(Sumber foto: https://www.rottentomatoes.com)

Saat Jerman menyerah dalam Perang Dunia II, beberapa ilmuwan dalam tim Oppenheimer mulai meragukan kepentingannya yang berkelanjutan. Meski demikian, bom atom pertama yang diberi nama Trinity telah selesai dibuat dan uji cobanya pada 16 Juli 1945 sukses dilakukan sebelum Konferensi Postdam.

Sebagai dampak pengeboman yang dilakukan Jepang terhadap Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Amerika Serikat memutuskan untuk lebih aktif melawan Jepang dalam Perang Dunia II. Pada Agustus 1945, Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman memutuskan untuk menjatuhkan bom atom di Jepang. Tanggal 6 Agustus 1945 bom atom Little Boy dijatuhkan di Hiroshima, menyusul 3 hari kemudian, bom atom Fat Man dijatuhkan di Nagasaki. Peristiwa itu membuat Jepang lumpuh dan menyerah.

Oppenheimer, sang dalang pembuat bom pun dilumpuhkan oleh rasa bersalah, dihantui oleh halusinasi kehancuran dan penderitaan luar biasa yang disebabkan oleh penggunaan bom atom. Ia menyatakan, “Sekarang aku telah menjadi kematian, penghancur dunia.”

 

Review Film Oppenheimer
Awan jamur bom atom Hiroshima dan Nagasaki
(Sumber Foto: Wikipedia)

Ulasan Film Oppenheimer

Film Oppenheimer menggunakan alur bolak-balik, beberapa peristiwa berlangsung dalam garis waktu non-linear, berganti antara kisah ketika Oppenheimer mengembangkan proyek di Los Alamos, sidang keamanannya pada tahun 1954, dan sidang konfirmasi Strauss pada tahun 1959.

Durasi film begitu lama (tiga jam) dengan dialog yang padat. Bagi yang ingin menonton filmnya, disarankan untuk membaca sejarah Perang Dunia II atau minimal biografi singkat Oppenheimer jika tidak ingin kebingungan dengan arah cerita sepanjang filmnya. Atau, kau akan mengantuk di satu jam pertama dan tertidur di dua jam selanjutnya, hehehhe.

Bagi saya, durasi film tiga jam ini tidak begitu terasa karena saya sibuk mencari benang merah dengan peristiwa-peristiwa lain dalam sejarah yang pernah saya baca.  Selain itu, tampilan visual fim ini terasa mewah dan unik, terutama ketika merepresentasikan dinamika kuantum dan gelombang energi.

 

Review Film Oppenheimer
Oppenheimer dan Leslie Groves
(Sumber foto: https://www.rottentomatoes.com)
 

Rasanya film ini merupakan paket lengkap. Christhoper Nolan menulis dan menyutradarai film ini dengan jeli, memilih bagian-bagian penting dalam episode hidup Oppenheimer, dan berusaha menampilkan sisi humanistis sang ilmuwan. Visual film berganti-ganti antara adegan berwarna yang merepresentasikan pengalaman subyektif Oppenheimer, dan hitam-putih yang menampilkan sudut pandang dari karakter yang berbeda.

Perihal aktor, percayalah film ini tempat berkumpulnya pemeran bertalenta yang tak perlu diragukan lagi kemampuan aktingnya. Cillian Murphy memerankan Oppenheimer dengan brilian, menggambarkan sosoknya yang jenius, rumit dan enigmatik. Porsi akting Emily Blunt sebagai Kitty, istri Oppenheimer, meski sedikit, tapi adalah peran yang ‘menghidupkan’ suasana. Matt Damon yang konon menginginkan peran Jenderal Leslie Groves membuktikan bahwa ia memang sosok yang pas. Robert Downey Jr. berakting cemerlang memerankan Lewis Strauss, figur antagonis yang ambisius menjatuhkan Oppenheimer.


Review Film Oppenheimer
Oppenheimer di Los Alamos
(Sumber Foto: Universal Pictures)


Penyesalan ‘Bapak Bom Atom’

Meskipun Oppenheimer tak pernah benar-benar menyatakan penyesalannya, tapi di bagian akhir film dikisahkan bahwa ia mengalami halusinasi hebat tentang penderitaan akibat bom atom, menggema dalam pikirannya dalam waktu yang lama. Ia semakin khawatir tentang potensi bahaya yang ditimbulkan penemuan ilmiah terhadap umat manusia. Akibatnya, ia menolak melanjutkan pengembangan nuklir lebih lanjut, terutama bom hidrogen. Hal itu membuatnya berkonflik dengan ilmuwan lainnya.

Review Film Oppenheimer
Oppenheimer menjadi Bapak Bom Atom
(Sumber Foto: https://www.rottentomatoes.com)
 

Dalam sidang yang dimaksudkan untuk menghapus Oppenheimer dari pengaruh politik, ia dikhianati oleh banyak rekannya dan dituduh komunis. Hal itu diperkuat oleh hubungan masa lalunya dengan Jean Tatlock, yang belakangan diketahui adalah anggota Partai Komunis AS. Istri Oppenheimer pun adalah seorang ahli biologi dan mantan komunis.

Ketika izin keamanannya dicabut, Oppenheimer terus memberi kuliah dan menulis, berkeliling dunia memberikan ceramah tentang sejarah sains, peran sains, dan sifat alam semesta.

Belajar dari Oppenheimer

Oppenheimer adalah sosok yang jenius. Ia banyak belajar dan melakukan percobaan sains. Ia merasa tak rela jika ketinggalan materi kuliah. Ia juga adalah sosok multilingual. Ia belajar bahasa Yunani, Latin, Perancis, dan Jerman. Dalam salah satu adegan film, ia digambarkan belajar bahasa Belanda hanya dalam waktu enam minggu dan langsung bisa mengajar dengan bahasa tersebut dengan lancar.

Selain belajar sains dan bahasa, Oppenheimer juga mendalami sastra dan puisi. Oppenheimer sering mengutip Bhagavad Gita, salah satu kitab suci agama Hindu. Ketika ia dijuluki sebagai ‘Bapak Bom Atom’ dan merasa bersalah untuk itu, ia mengutip “Sekarang aku telah menjadi kematian, penghancur dunia” dan tertulis dengan debu pada sebuah rudal nuklir yang telah dideaktivasi.

Review Film Oppenheimer
Tulisan penyesalan Oppenheimer
(Sumber foto: Getty Images)

Penggambaran kesukaan Oppenheimer pada Bhagavad Gita dalam film memang sempat menuai protes di India, terutama karena Bhagavad Gita dibaca dalam adegan yang tak seharusnya. Terlepas dari kontroversi itu, Bhagavad Gita telah memberi pengaruh besar pada karakter Oppenheimer dalam belajar kebijaksanaan.

Relevansi Film Oppenheimer

Perang Dunia II adalah tragedi terbesar dalam sejarah umat manusia dengan korban yang tak terhitung banyaknya. Dampaknya masih berlanjut sampai saat ini. Perang menimbulkan trauma kolektif, generasi hilang, batas-batas negara berubah, dan perebutan kekuasaan yang tak pernah selesai.

Dampak berkelanjutan itu terus berganti dari satu konflik ke konflik lainnya. Misalnya, Perang Dingin antara blok sekutu dengan Uni Soviet yang kemudian bubar, Perang Saudara Korea yang memecah wilayah menjadi Utara dan Selatan, konflik Timur Tengah yang meliputi konflik Afghanistan serta pendirian Israel di wilayah Palestina, uji coba nuklir Korea Utara, menjamurnya pangkalan militer AS di lautan Asia Pasifik, perang Rusia-Ukraina, dan konflik-konflik lainnya.

 

Los Alamos
Los Alamos
(Sumber Foto: https://www.nps.gov)

Konflik antar negara, apapun bentuknya, masyarakat sipil adalah yang paling banyak menanggung akibatnya. Perang adalah ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia dan bumi. Selayaknya, kita menentang perang bagaimana pun caranya.

Seperti Christhoper Nolan, yang membuat film Oppenheimer untuk menyuarakan kegelisahannya akan perang, terutama karena terinspirasi dari barisan lirik ini:

In Europe and America there’s a growing feeling of hysteria
Conditioned to respond to all the threats
In the rhetorical speeches of the Soviets
Mister Krushchev said, “We will bury you”
I don’t describe to this point of view
It’d be such an ignorant thing to do
If the Russians love their children too
How can I save my little boy from Oppenheimer’s deadly toy?

(Kutipan lirik lagu Russians, oleh Sting)


Judul FIlm    : Oppenheimer
Sutradara     : Christopher Nolan
Pemeran       : Cillian Murphy, Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr., Florence Pugh
Produksi       : Syncopy Inc. dan Atlas Entertainment
Distributor  : Universal Pictures
Durasi            : 180 Menit
Rilis                 : 19 Juli 2023 (Indonesia)
 

You Might Also Like

No comments