Buku On Palestine ini disusun atas inisiasi Frank Barat yang melakukan wawancara pada Noam Chomsky dan Ilan Pappé, sebagai respon atas agresi Israel terhadap Gaza pada tahun 2014. Frank Barat adalah seorang aktivis hak asasi manusia, koordinator Rusell Tribunal on Palestine, dan Presiden Palestine Legal Action Network. On Palestine diterbitkan pertama kali tahun 2015 oleh penerbit Haymarket Books. Di Indonesia diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Maret 2024.
Noam Chomsky dan Ilan Pappé adalah dua tokoh terkemuka Yahudi yang berjuang dalam pembebasan Palestina, dan menginisiasi Gerakan BDS (Boycott, Divestment, Sanction). Noam Chomsky menjadi kritikus kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Ilan Pappé sebelumnya menulis buku The Ethnic Cleansing of Palestine: A History of Modern Palestine dan The Israel/Palestine Question.
Buku ini sangat padat memuat informasi penting seputar Palestina, yang membuka mata dunia. Karena sebagian besar berupa dialog, saya akan meringkas beberapa hal yang telah saya garisbawahi.
Menurut Ilan Pappé, kisah Palestina merupakan cerita sederhana tentang kolonialisme dan perampasan. Namun, dunia memperlakukannya sebagai cerita yang beragam dan kompleks, sulit dipahami dan bahkan lebih sulit dipecahkan. Paradoks itu membuat frustasi gerakan solidaritas terhadap Palestina. Dalam banyak diskusi, Pappé menyarankan untuk membuat kamus teoritis berisi tentang dekolonisasi, pergantian rezim, dan solusi satu negara.
Ilan Pappé juga menganalisis bahwa Israel sebagai negara apartheid yang menyerupai Afrika Selatan pada saat terburuknya telah menghasilkan prognosis lain yang bertentangan langsung terhadap proses perdamaian. Sebagian besar kaum kulit putih di Afrika Selatan masih cukup rasis ketika rezim penindasan mereka runtuh, yang berarti perubahan tidak datang karena mereka berubah dari dalam negeri. Mereka dipaksa untuk berubah oleh perjuangan Kongres Nasional Afrika dan tekanan internasional.
Peristiwa Nakba 1948 dan setelahnya adalah kejahatan, bukan hanya tragedi atau bencana. Zionisme adalah kolonialisme. Dehumanisasi yang dialami orang Palestina adalah buah pahit dari korupsi moral yang ditimbulkan oleh militerisasi masyarakat Yahudi di Israel. Orang Palestina adalah target militer, risiko keamanan, dan bom demografis. Pembersihan etnis menjadi ideologi yang oleh komunitas internasional setelah Perang Dunia II dianggap kejahatan mengerikan dan dapat menyebabkan genosida.
Terkait pembentukan Israel jika tanpa holocaust, Pappé memandang walau tanpa holocaust pun terdapat kepentingan agama dan kepentingan strategis Barat untuk menginginkan orang Yahudi di Palestina. Dorongan untuk mengizinkan, bahkan mendorong orang-orang Yahudi agar menetap di Palestina juga dimotivasi oleh islamofobia Inggris dan Barat.
Noam Chomsky bahkan membeberkan bahwa holocaust bukan isu besar pada tahun 1940, lalu menjadi isu besar setelah 1967. Menurutnya, Israel adalah negara paria yang didukung oleh Amerika Serikat. Sejak 1970, orang-orang yang menyebut diri mereka pendukung Israel sebenarnya adalah pendukung kemerosotan moral dan kemungkinan kehancuran Israel.
Ilan PappĂ© membantu membongkar sebagian besar mitos tentang Israel, salah satunya bahwa Israel diciptakan karena Alkitab memberikannya kepada orang-orang Yahudi. Pendiri zionis tidak beragama, bahkan tidak bisa berbahasa Yiddish. Zionisme memiliki satu unsur yang biasanya dilupakan sejarawan yaitu keinginan menjadikan sekuler kehidupan Yahudi, sehingga tidak bisa lagi menggunakan Alkitab sebagai pembenaran dan menduduki Palestina. Ini adalah kombinasi aneh ‘sebuah gerakan yang dilakukan orang-orang tidak beriman kepada Tuhan, tetapi Tuhan tetap menjanjikan Palestina kepada mereka’.
Noam Chomsky menceritakan pada tanggal 9 Juli 2014 di tengah kebiadaban Israel, jam 03.00 dini hari ditelpon oleh seorang jurnalis dari Gaza, yang anak bayinya menangis meratap di antara suara ledakan dan pesawat jet. Jurnalis itu baru melihat temannya dalam mobil yang dengan jelas ditandai tulisan “Press” meledak. Setelahnya dia mendengar ledakan dan jeritan di sebelah rumah tetapi tidak bisa keluar atau dia mungkin akan ikut jadi sasaran.
Kesengsaraan Gaza akibat kejahatan israel adalah tanggung jawab kita bersama. Bisa kau bayangkan? Ketika israel ‘berperilaku baik’ lebih dari dua anak Palestina terbunuh setiap minggunya. Anak-anak Palestina di Gaza sangat menderita, sebagian besar terkena dampak rezim kekurangan gizi buatan manusia akibat blokade Israel.
Sejak tahun 2000, bagi Tepi Barat, keadaan normal adalah Israel terus melakukan pembangunan pemukiman dan infrastruktur ilegal sehingga apa pun yang dianggap bernilai dapat diintegrasikan ke dalam Israel, sementara warga Palestina ditempatkan di wilayah yang tidak banyak ditinggali serta dibuat tunduk pada represi dan kekerasan.
Bagi Gaza, keadaan normal adalah kehidupan menyedihkan di bawah kondisi kejam dan pengepungan destruktif yang dilakukan Israel yang hanya memungkinkan untuk sekadar bertahan hidup, tidak lebih dari itu.
Pada kenyataannya, Israel selalu melanggar gencatan senjata. Noam Chomsky bahkan pernah berpidato di PBB, menyampaikan bahwa Perjanjian Oslo 1993 yang menetapkan Gaza dan Tepi Barat sebagai satu kesatuan wilayah yang tidak dapat dipisahkan, yang integritasnya tidak dapat dipecah-pecah. Selama itu pula Amerika Serikat dan Israel bertekad memisahkan Gaza dan Tepi Barat serta melanggar perjanjian yang telah mereka sepakati.
Ilan Pappé menambahkan, semua orang di Tepi Barat dan Jalur Gaza dikenai hukuman seumur hidup di penjara terbesar yang pernah ada pada zaman modern. Orang Palestina dikurung sedemikian rupa karena kejahatan yang tidak pernah dilakukan, karena pelanggaran yang tidak pernah diucapkan, diakui, atau didefinisikan. Sistem kebencian yang dibangun karena motif keji.
Israel secara bertahap melakukan genosida. Mesin propaganda Israel berulang kali mencoba menarasikan kebijakan-kebijakannya di luar konteks dan mengubah dalih yang ditemukan pada setiap gelombang penghancuran sebelumnya menjadi pembenaran utama untuk melakukan pembantaian tanpa pandang bulu di ladang pembunuhan Palestina.
Dan itulah yang kita saksikan 24 jam non stop di depan layar kita 10 bulan terakhir ini.
Tidak ada peluang untuk kelar dari kebuntuan di Palestina tanpa membongkar kedok proses perdamaian palsu dan solusi dua negara. Saatnya mencari kunci di tempat kita kehilangan. Kita perlu memulai dengan mengidentifikasi permasalahan secara tepat, mengungkap zionisme sebagai gerakan kolonialis dan menggambarkan Israel sebagai negara rasis apartheid. Solusi apa pun harus berasal dari pemahaman kita tentang akar masalahnya.
Noam Chomsky dan Ilan PappĂ© telah bersama-sama mengurai akar masalah Palestina, menawarkan solusi, dan masih terus konsisten menyuarakan tentang Palestina sampai sekarang, ketika genosida mengerikan itu mencapai puncaknya. Selesai membaca buku ini, saya langsung bercermin dan berkata lirih, “Jika orang Yahudi saja begitu berkomitmen memperjuangkan Palestina, lalu sebagai seorang Muslim, apa yang sudah saya lakukan untuk Palestina, untuk Al Aqsa?”
No comments