Film-Film Studio Ghibli (Bagian 1)


Kalau ditanya, apakah saya suka nonton film? Suka banget! Kecuali film horor tapi ya (kayaknya hidup saya sudah cukup 'horor'). Salah satu jenis film yang saya sukai adalah animasi Jepang. Kalo ditanya yang paling favorit, pastinya film-film produksi Studio Ghibli. Saya lupa film pertama yang saya tonton apa. Yang saya ingat, saya langsung jatuh cinta dengan visualisasi, karakter tokoh dan pesan-pesan moralnya. Lalu saya pun niat banget nonton semua filmnya. Indikator saya memfavoritkan film itu adalah, saya tonton, saya suka, saya simpan, untuk kemudian ditonton ulang kapan-kapan. Dan ini terjadi pada film-film Studio Ghibli. Bahkan, instrumental soundtrack-nya pun tak bosan-bosan saya dengarkan.

Studio Ghibli didirikan pada 15 Juni 1985 oleh Hayao Miyazaki dan Isao Takahata yang bertindak sebagai sutradara, serta Toshio Suzuki sebagai produsernya. Sejarah nama Ghibli, diserap dari kata ‘Qibli’ yang secara etimologis berasal dari kata ‘Qibla’ (Libia-Arab), yang berarti angin gurun yang panas. Harapannya, Studio Ghibli bisa meniupkan angin segar dalam industri film animasi. Dan benar adanya, Studio Ghibli mencatat sejarah manis, film-filmnya sangat disukai dan banyak mendapatkan penghargaan. Bahkan di Jepang sana, sampai dibangun museumnya lho di tahun 2001. (mupeeeng ke sanaaa :D)

Dan inilah film-film yang berhasil mencuri hati saya itu. Tolong ingatkan ya, kalau misalnya ada yang terlewat :D

Untuk mengantisipasi terlewat, urut deh dari yang paling awal:


1.       Nausicaä of the Valley of the Wind (1984)

Sebenarnya film ini dibuat sebelum Studio Ghibli berdiri. Tapi dianggap sebagai cikal bakal berdirinya Studio Ghibli. Hayao Miyazaki menulis dan menyutradarai film ini untuk Topcraft, dan didistribusikan oleh Toei Company.

Film ini menceritakan tentang Putri Nausicaä dari Lembah Angin. Ia terlibat dalam perang melawan Kerajaan Tolmekia, yang ingin memusnahkan hutan yang dihuni serangga mutan raksasa. Putri Nausicaä yang dikenal sangat menyayangi hewan-hewan, berusaha mencegah pertempuran itu.

Ide awal film ini adalah anti-perang dan kepedulian lingkungan. Hayao Miyazaki juga menjadikan tragedi pencemaran raksa di Teluk Minamata tahun 1932 sebagai inspirasi yang turut serta mengembangkan imajinasinya. Film ini didukung oleh World Wide Fund for Nature (WWF).

 

2.       Castle in the Sky (1986)

Nah, ini dia film pertama yang diproduksi Studio Ghibli. Film ini berhasil memenangkan Animange Grand Prix tahun 1986. Film ini mengisahkan tentang gadis yang bernama Sheeta Laputa, yang diculik oleh Muska, agen rahasia yang bekerja untuk pemerintah. Mereka diserang oleh kapten Dola dan anak-anak bajak angkasa yang mencari jimat kristal Sheeta. Bentrokan itu menyebabkan Sheeta terjatuh dari pesawat dan ditemukan seorang bocah bernama Pazu. Pazu sendiri sedang dalam misi membuat kapal udara kecil untuk digunakan menyusur kota yang hilang, Laputa, atas petunjuk ayahnya. Muska tidak lelah mencari keberadaan Sheeta, misinya menghancurkan Laputa akan terhalang jika jimat Sheeta yang terbuat dari kristal volucite itu tak berhasil direbutnya. Pazu dan Sheeta bahu-membahu mempertahankan jimat tersebut, karena hanya jimat tersebut yang bisa membuat orbit Laputa tetap ada di langit dan tidak terjatuh.

Ada satu adegan dalam film ini yang berlatar di pertambangan. Hayao Miyazaki terinspirasi saat dia mengunjungi kota tambang di Wales. Kekuatan usaha serikat pekerja tambang di sana terefleksikan dalam film ini.

 

3.       Grave of the Fireflies (1988)

Film ini berdasarkan cerita pendek semi-otobiografi Akiyuki Nosaka, dan ditulis serta disutradarai oleh Isao Takahata. Menceritakan kisah dua bersaudara, Seita dan Setsuko, yang harus berjuang untuk bertahan hidup dalam bulan-bulan terakhir perang dunia kedua. Rumah mereka hancur akibat dibom, segala yang dipunya hilang, dan mereka harus berjalan jauh mencari perlindungan. Dalam hari-hari sedih itu, mereka menyimpan harapan-harapan yang sepertinya jauh untuk diraih.

Kalau boleh jujur saya bilang, ini adalah film animasi tersedih yang pernah saya tonton. Dan jika film-film Studio Ghibli yang lain bisa saya tonton berulang-ulang, saya belum mampu melakukannya untuk film ini. Rasanya pilu sesudah menontonnya masih terasa membekas menyayat. Bahkan setelah bertahun-tahun. Jelas sekali, bahwa perang dan kesudahannya, apapun bentuknya, akan membawa trauma dan luka yang berkepanjangan.

 

4.       My Neighbor Totoro (1988)

Sebelumnya, tepuk tangan dulu untuk film ini. Karakter Totoro dalam film yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki ini akhirnya menjadi ikon Studio Ghibli. Film ini menceritakan tentang dua bersaudari, Satsuki dan Mei. Ayah mereka yang seorang profesor, memboyong keluarga mereka pindah ke sebuah rumah tua di desa pertanian, yang dekat dengan rumah sakit di mana ibu mereka harus dirawat. Suatu hari, Mei menemukan dua makhluk kecil yang menuntunnya ke sebuah pohon besar di hutan. Di sana ia bertemu dengan makhluk lain yang lebih besar, yang kemudian ia namakan Totoro. Ia pun dengan nyaman tertidur di punggung Totoro yang gendut dan berbulu tebal.

Percayalah, tidak ada adegan ini di dalam film

Satsuki dan Mei menjadi sering bermain bersama Totoro. Saat Satsuki kehilangan Mei, Totoro dan teman-temannya membantu menemukannya. Totoro tak pernah berbicara, tapi ia pendengar yang baik. Pesan persahabatan dan kepedulian sangat kental mewarnai film ini.

 

5.       Kiki’s Delivery Service (1989)

Film yang ditulis dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki ini diadaptasi dari novel yang ditulis oleh Eiko Kadono. Film ini mengisahkan tentang Kiki, seorang penyihir muda yang pindah ke sebuah kota untuk melakukan pelatihannya. Sudah menjadi tradisi keluarga dan lingkungan penyihir, saat usia 13 tahun harus mulai belajar mandiri dengan cara melakukan pelatihan keluar daerahnya selama setahun. Setiap penyihir punya keahliannya masing-masing. Dan Kiki belum tahu akan menjadi apa. Dalam perjalanannya, Kiki ditemani oleh kucingnya yang lucu, si Jiji.

Di kota yang ia pilih, ia beruntung mendapat pekerjaan paruh waktu di toko kue. Pemilik toko kue yang ramah memberinya izin untuk menempati lotengnya yang kosong. Dengan keahlian terbang menggunakan sapu terbang milik ibunya, Kiki berhasil membuka usaha jasa pengiriman barang. Saya suka dengan karakter Kiki yang ceria dan suka menolong di sepanjang film ini.

 

6.       Only Yesterday (1991)

Film yang disutradarai oleh Isao Takahata ini mengisahkan tentang Taeko, seorang wanita karier yang dalam kesehariannya masih dibayang-bayangi oleh masa kanak-kanaknya.  Diceritakan, karakter Taeko dalam masa kanak-kanaknya sangatlah standar. Ia tak memiliki kelebihan yang menonjol dibanding teman-temannya. Keluarganya sendiri cenderung untuk tidak memotivasi bakat yang sebenarnya ada di dalam dirinya. Itu membuatnya jadi rendah diri.

Suatu hari, ia mengambil cuti selama 10 hari untuk dihabiskan di sebuah desa yang bukan kampung halamannya. Di sana ia akrab dengan Toshio dan keluarganya. Mereka berbagi memori, tentang apa saja termasuk memori masa kanak-kanak itu. Kadang hal-hal yang sifatnya ‘inner child’ masih membuntuti kita di sepanjang perjalanan hidup. Ada yang membuat ragu-ragu, ada  kalanya ia menuntun untuk memantapkan pilihan.

Latar film ini menonjol karena kearifan lokalnya dengan suasana desa yang masih alami dengan perkebunan bunga sufflower. Karakter-karakter di dalamnya juga tidak muluk-muluk, penuh dengan kesederhanaan.

 

7.       Porco Rosso (1992)

Disutradarai oleh Hayao Miyazaki, film ini terkesan lebih ‘dewasa’ dibandingkan dengan film-film Studio Ghibli lainnya. Menceritakan tentang Marco Pagot, seorang italia mantan pejuang perang dunia pertama, yang menjadi bounty hunter lepas. Dengan pengalamannya yang mumpuni selama perang dunia pertama, ia sangat jago mengalahkan perompak-perompak udara. Ia begitu dikagumi oleh seorang penyanyi bar terkenal, Gina, yang menjadi idola semua laki-laki. Tapi Marco memilih tinggal menyendiri di sebuah pantai kecil yang tertutup tebing batu.

Suatu hari, pesawatnya diserang dan mengalami kerusakan parah. Lalu ia pergi ke Milan untuk menemui temannya, Piccolo, seorang mekanik pesawat untuk memperbaikinya. Proyek itu diambil alih oleh Fio, cucu perempuannya yang memiliki bakat mekanik. Awalnya Marco meragukan bakat Fio, tapi dengan ketekunan dan kerja kerasnya, akhirnya membuatnya percaya. Mereka pun melakukan perjalanan bersama.

 

8.       Ocean Waves (1993)

Awalnya Ocean Waves adalah film televisi berdasarkan novel yang ditulis oleh Saeko Himuro. Film yang sutradarai oleh Tomomi Mochizuki yang mengambil alur flashback ini bercerita tentang Taku, seorang remaja sekolah menengah. Kekonyolan-kekonyolan masa remaja banyak mewarnai di sepanjang film. Kalau ada orang bilang, masa remaja adalah masa yang paling indah untuk dikenang, mungkin ini berlaku untuk sekelompok remaja di film ini. Film diakhiri dengan mereka yang sudah dewasa bertemu lagi untuk reuni. Jika diibaratkan novel Indonesia, ini adalah novel chicklit.

Jujur, saya merasa aura Studio Ghibli kurang terasa di sini. Apa karena sutradaranya berbeda dari film-film sebelumnya? Atau memang karena jalan ceritanya yang terkesan biasa saja? Entahlah.


9.       Pom Poko (1994)

Film yang disutradarai oleh Isao Takahata ini diilhami oleh dongeng Jepang. Mengisahkan tentang sekelompok rakun yang bisa berubah visual menjadi manusia. Mereka bersatu melawan manusia yang membuat proyek pembangungan pemukiman suburban di akhir tahun 1960 yang membabat habis hutan, habitat mereka.

Kisah berlanjut pada era tahun 1990, awal-awal Masa Heisei. Dengan ruang hidup yang terbatas dan makanan yang berkurang tiap tahun, manusia bertarung dengan sesamanya atas nama sumber daya yang kurang tersebut. Pesan cinta lingkungan banyak didengungkan sepanjang film ini.

 

10.   Whisper of the Heart (1995)

Film ini disutradarai oleh Yoshifumi Kondo dan ditulis oleh Hayao Miyazaki berdasarkan manga dengan judul sama oleh Aoi Hiiragi. Cerita fokus pada Shizuku Tsukishima, remaja 14 tahun, seorang kutu buku dan ingin menulis. Ia sering pergi ke perpustakaan. Di setiap buku yang dipinjamnya, semua sudah dibaca oleh Seiji Amasawa. Hari berikutnya, ia bertemu seorang pria yang mengaku bernama Seiji.

Suatu hari Shizuku menemukan kucing di kereta. Mengikuti kucing itu, Shizuku menemukan toko antik yang terdapat patung kucing bernama Baron. Pemilik toko antik tersebut ternyata adalah kakek Seiji. Mereka berteman baik dan membagi mimpi masing-masing.

 

11.   Princess Mononoke (1997)

Film ini ditulis dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki. Cerita berawal saat periode Muromachi. Sebuah desa bernama Emishi diserang oleh makhluk jahat. Ashitaka, Pangeran Emishi terakhir membunuhnya sebelum mencapai desa. Tapi kemudian ia terkena kutukan yang memberinya kekuatan manusia super yang bisa menyebar ke tubuhnya dan bisa membunuhnya. Jika ia ingin selamat, maka ia harus mencari penawar ke wilayah barat.

Dalam perjalanan menemukan penawar, ia bertemu dengan Putri Mononoke, yang sejak kecil tinggal di hutan dan dirawat oleh seekor serigala putih. Ia biasa dipanggil San. Mononoke sendiri berarti roh atau raksasa. Ashitaka dan San terlibat dalam konflik dengan Madam Eboshi yang mengeruk biji besi dari sungai dan menggerus hutan. Ini membuat para roh penghuni hutan marah.

Lagi-lagi, pesan konservasi lingkungan sangat kental di film ini (khas sutradaranya). Princess Mononoke menjadi film animasi pertama yang berhasil menyabet kategori Film Terbaik pada Japan Academy Prize dan masuk dalam daftar 500 film terbaik sepanjang masa versi Empire.

 

12.   My Neighbors the Yamadas (1995)

Film ini menjadi film ke-empat yang disutradarai oleh Isao Takahata. Bercerita tentang keluarga Yamada yang eksentrik. Kenapa saya bilang eksentrik? Ini dikarenakan salah satu adegannya membuat saya geleng-geleng kepala. Bagaimana mungkin satu keluarga pergi ke mall, lalu pulangnya pada saat sudah di mobil, mereka baru sadar bahwa anggota keluarga mereka yang paling kecil hilang. Dan si anak hilang, sabar dan pengertiannya mengalahkan orang dewasa.

Dalam film ini banyak dibahas mengenai komunikasi dan relasi di antara anggota keluarga. Tema parenting ringan di sini cukup menjadi hiburan kocak dan menyegarkan.

 

Dan, wah ternyata sudah selusin film kita bahas. Sisanya masih banyaaak. Hoammm, ngantuk pula. Ya sudah, Kita lanjutkan ke postingan selanjutnya ya..

 

To be continued...


You Might Also Like

No comments