Hanya dengan membeli tiket seharga lima ribu rupiah saja, kita bisa masuk Museum Bank Indonesia, menjelajahi sejarah keuangan dan Bank Indonesia. Tiket masuk gratis bagi pelajar atau mahasiswa yang menunjukkan kartu pelajar atau kartu mahasiswa dan pengunjung rombongan yang telah mendaftar dan disetujui Museum Bank Indonesia.
Menurut saya, tiket lima ribu rupiah ini worth it banget! Gimana nggak, dengan lima ribu rupiah, kita bisa mendapatkan edukasi super panjang, dengan penataan galeri dan pajangan yang rapi dan runut. Saking panjangnya, jika ditelaah satu-satu, nggak cukup sejam untuk menjelajahnya. Dan saking asyiknya, waktu dua jam pun bisa terasa cepat berlalu.
Logo Bank Indonesia dari masa ke masa |
Museum Bank Indonesia terbagi ke dalam tiga klaster yang informatif, sebagai berikut:
1.Klaster Kelembagaan dan Kebijakan
Dalam klaster ini, kita akan disambut oleh replika Jung Java dengan aneka rempah-rempah khas Indonesia. Ruang kecil ini laksana mesin waktu yang akan membawa kita pada sejarah Nusantara. Dimulai dari kedatangan bangsa asing, yang rata-rata melakukan ekspedisi dagang.
Tercatat dalam kurun waktu tahun 1290 sampai 1604, para penjelajah dunia seperti Marcopolo, Laksamana Cheng Ho, Juan Sebastian del Cano, Afonso d’Alburquerque, Cornelis de Houtman, dan Sir Henry Middleton pernah menginjakkan kaki di Nusantara.
Ketika menguasai Nusantara, VOC mulai memperkenalkan fungsi bank dan mendirikan De Javasche Bank, yang pada akhirnya dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia menjadi Bank Indonesia.
Menyusur lorong-lorong selanjutnya yang lebih luas, kita diperlihatkan pada kebijakan-kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia pada setiap periode waktu sejarah. Sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia memang memiliki peran strategis karena kebijakannya berdampak langsung pada perekonomian Indonesia.
Klaster pertama ini lumayan panjang karena terdiri dari beberapa ruangan, termasuk ruang bersejarah yang pernah digunakan sebagai ruang direksi serta ruang rapat besar bernuansa hijau segar yang diyakini warnanya memberikan energi positif dalam berbagai pengambilan keputusan.
2.Klaster Numismatik
Dalam klaster Numismatik ditampilkan berbagai koleksi uang sejak zaman kerajaan sampai uang baru emisi (keluaran) tahun 2022 uang NKRI. Uang dikelompokkan ke dalam beberapa vitrin berdasarkan periode sirkulasinya, mulai dari kerajaan Hindu-Budha, Kerajaan Islam, Masa Perdagangan, Masa Kolonial, Masa Kemerdekaan, dan Bank Indonesia dari waktu ke waktu.
Salah satu mata uang koin VOC |
Jujur, saya ternganga berada di ruang Numismatik ini, kagum dengan banyaknya desain uang yang setiap beberapa periode tertentu diperbarui dengan tetap menonjolkan kekhasan dan budaya Indonesia.
Tentang Numismatik |
Mata uang rupiah edisi khusus 75 Tahun Kemerdekaan RI |
Selain koleksi uang nusantara dan Indonesia, klaster Numismatik juga memperagakan uang dari banyak negara di dunia dalam lemari-lemari khusus, lengkap dari berbagai nominal.
Mata uang Riyal Arab Saudi dengan berbagai nominal |
3.Klaster Arsitektur Gedung
Selain belajar tentang sejarah keuangan, ternyata ada edukasi juga tentang arsitektur gedung yang ditampilkan melalui multimedia interaktif dan immersive cinema. Sebelum menjadi De Javasche Bank, gedung yang menempati jalan Pintu Besar Utara ini dulunya adalah rumah sakit Binnen, yang kemudian direnovasi beberapa kali.
Sejarah pembangunan Bank Indonesia |
Museum Bank Indonesia sendiri dibangun dalam waktu 20 tahun dan terbagi dalam 5 tahap. Perjalanan selama proses renovasi itu ditampilkan secara detail, baik denah maupun rancangannya. Dalam hati, lagi-lagi saya mengangumi, betapa hebatnya orang-orang yang berperan dalam pembangunan itu.
Selain tiga klaster edukatif di atas, masih ada ruangan lagi yang bersifat rekreatif. Pas banget buat yang suka foto-foto dan bermain-main.
Awal mula kata 'Rupiah' |
Ruang Kid’s Corner dan Photobooth
Ruang Kid’s Corner menyediakan beberapa wahan edukatif yang bisa dimainkan oleh anak-anak, seperti maket kapal, puzzle, gambar uang dan mewarnai. Untuk photobooth, Museum bank Indonesia menyediakan properti-properti unik nan bersejarahnya yang bisa digunakan sebagai latar foto. Selain manual, photobooth juga melayani foto digital dengan berbagai macam latar, yang hasilnya bisa langsung dikirim melalui email saat itu juga, tanpa dikenakan biaya tambahan.
Awal mula kata 'Duit' |
Nah, asyik banget kan, ternyata main ke museum pun bisa semenyenangkan itu. Museum Bank Indonesia menjadi daftar museum yang kayaknya bisa didatangi lagi dan lagi.
Tiketnya sih cuma lima ribu, tapi edukasi yang didapatkan begitu luas melintas zaman, yang tak bisa dihargai dengan rupiah.
Oiya, Museum Bank Indonesia buka dari Selasa sampai Minggu mulai jam 08.00 pagi. Hari Senin dan libur nasional tutup.
Kalau main ke kawasan Kota Tua Jakarta, boleh lah mampir ke Museum Bank Indonesia!
No comments