Rabu, 26 Desember 2012
Minggu, 16 Desember 2012
[Giveaway] Ya Allah, Beri Aku Kekuatan, Aida MA
“Menghapus Trauma”
Ku berdiri di tepi pantai. Pantai Padang ini begitu indah
dan tenang. Apalagi saat sunset seperti ini, suasananya begitu romantis. Pantai
ini menyimpan begitu banyak asa. Asa yang kemudian berubah menjadi bumerang
bagiku. Masih teringat jelas olehku saat-saat terburuk itu. Saat-saat yang
paling kubenci dalam hidupku. Saat aku harus kehilangan.
*******
Kamis, 06 Desember 2012
Resolusi Yang Tertunda
Aku
ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini, ingin itu, banyak sekali
(OST Doraemon)
Adalah
wajar, jika kita sebagai manusia punya banyak keinginan, harapan, impian atau
cita-cita. Istilah kerennya, kalau dikumpulkan menjelang momen-momen tertentu
seperti pergantian tahun, adalah RESOLUSI. Dan kita bukan tokoh fiksi, Nobita,
yang keinginannya selalu diwujudkan dengan mudah oleh kantong ajaibnya
Doraemon. Tapi kita adalah manusia nyata bernyawa yang wajib berusaha sendiri,
berjuang demi meraih impian.
Kamis, 29 November 2012
Selasa, 27 November 2012
One Step Higher, Mell
Ini adalah cuap-cuap sotoy..
Jadi harap maklum, kalau kadang kata-katanya ngasal :D
Be a better each day! Itu salah satu semboyan hidupku. Meski
kadang-kadang aku melanggarnya juga, hihi.. tapi tetap, itu menjadi pemacu
semangat yang oke banget. Nah, itu juga berlaku untuk pencapaian-pencapaian
kita, dalam hal apapun, harusnya makin hari makin baik.
Crying Winter.. adalah novel kedua teman baikku, Mell Shaliha. Pertama kali baca sinopsisnya sekitar sebulanan yang lalu pas Mell ngumumin kalau bukunya ini segera terbit. Waktu itu sempat berfikir, wuih.. temanya unik nih, nggak biasa gitu. Sebuah tema yang menurutku sulit, tidak gampang buat diangkat ke sebuah novel. Aku percaya, pasti Mell membutuhkan banyak referensi saat menuliskannya. Dan percayalah Mell.. Aku cuma bisa ngomentari aja, nggak mungkin bisa kalau disuruh nulis yang beginian, sumpah. So, aku salut banget sama kamu, bisa menyuguhkan kisah tentang jaringan terorisme internasional yang dibalut dengan kejahatan modern bernama bioterorisme. Dua jempol untukmu deh.. bener-bener nggak nyangka, kalau kamu bakal nulis yang beginian.
Membaca bab pertama, wuih.. keningku sudah berkerut-kerut
karena bahasanya yang terlalu tinggi. Hihi, maklumlah.. kemampuan otakku terbatas
buat memahami hal-hal yang berbau science
fiction. Aku belum pernah membaca novel science
fiction sebelumnya, hanya ada beberapa film dengan genre itu yang pernah kutonton. Karena jujur, untuk science fiction, aku lebih suka
menikmati tayangan visual daripada harus berimajinasi dengan rangkaian kata.
Pun belakangan, aku sedang break buat
baca novel. Ada sekitar 10 judul yang masih segelan di rak buku, belum
tersentuh. Jadi lengkap sudah, daya serap otakku kurang maksimal.
Xie Xie Ni De Ai.. adalah novel pertama Mell. Sama
tebalnya dengan Crying Winter. Tambah salut lagi nih, Mell kuat banget buat
nulis panjang. Aku tahu, Mell pasti banyak menghabiskan waktunya buat merenung,
menulis, cari referensi, wawancara dan ngedit sendiri tulisannya. Kalau boleh
jujur, novel kedua Mell ini banyak banget kemajuannya dibanding novel pertamanya.
Ya iyalah, kan memang seharusnya begitu. Di novel pertama, aku merasakan aura true story sangat kental di sana. Jadi
ketika membacanya, aku tidak merasakan sedang membaca novel, tapi lebih ke personal literature. Entah berapa persen
kadarnya, tapi aku ngerasa kalo tokoh utamanya tuh Mell banget.
Di novel kedua, meski tak sekental di novel pertamanya,
tapi aku tetap menemukan sosok Mell di sana, meskipun prosentasenya sangat
kecil (Alenia dan Erni mengingatkanku padamu, Mell). Persamaannya, di kedua
novelnya, Mell menggambarkan dengan begitu detil setiap sudut kota Hongkong. Serasa
baca buku travelling juga deh. Nggak
heran, enam tahun bukan waktu yang sebentar buat mell memahami seluk-beluk Hongkong.
Aku yakin, Mell sangat kaya pengalaman di sana.
Terbukti, dua novelnya bersetting
Hongkong semua. Tapi ada sedikit perbedaannya. Kalau di novel kedua, settingnya meluas sampai ke Korea. Dan,
tokoh-tokoh yang diambilpun semakin kompleks. Bukan terbatas pada buruh migran
yang bekerja di Hongkong, lalu bertemu dengan orang-orang Hongkong atau negara
Asia Timur lainnya seperti Jepang dan Korea. Tapi meluas, ada yang
berkebangsaan Rusia dan Amerika Serikat.
Aku hanya membayangkan jika Mell membuat alur maju mundur
untuk novel keduanya ini. Pasti akan terasa seru dan membuat penasaran di tiap
babnya. Sayang, alurnya maju teratur, jadi membuat kisah yang seharusnya
menghentak-hentak ini terasa datar. Padahal, aku ingin sekali merasakan tegang dan
bertanya-tanya bagaimana isi bab-bab selanjutnya. Dan, sepanjang pengamatanku,
Mell selalu menempatkan banyak tokoh di novelnya. Di novel pertama, masih bisa
kupahami. Tapi di novel kedua ini, aku sempat bingung buat memilah-milahnya.
Disamping tokoh utamanya memang kembar, di sepertiga cerita, salah satu tokoh utama
dan dua orang temannya berganti nama dan kewarganegaraan. Tapi salut deh dengan
itu, membuat suatu kerumitan itu kan tidak mudah.
Crying Winter.. Musim dingin yang memilukan (tagline di bawah judulnya). Awalnya aku
membayangkan akan menangis dan merasakan aura winter yang memilukan itu. Tapi aku
belum merasa pilu dan tak merasakan dinginnya salju. Mungkin karena kebanyakan
tokoh itu tadi, jadi penggalian karakter tokoh utamanya kurang maksimal.
Sebagai tokoh utama kembar, Dimas terlalu mendominasi, sehingga Damar terasa
‘terpinggirkan’. Padahal, kalau keduanya sama-sama digali karakternya dengan
seimbang, mungkin akan menghadirkan tokoh dengan karakter yang lebih kuat. Dan jika
porsinya ditambah, bagian Damar yang harus mengurus ibunya di kampung, mungkin
bisa menjadi sisi mellow dari novel
ini.
Kita mengenal
adanya recto dan verso sebagai bagian dari sebuah buku. Dan jujur, aku ‘kecewa’
dengan ini. Bagian verso (halaman kiri) dari novel ini banyak yang tercetak
miring, tidak simetris dengan bagian recto (halaman kanan). Oke, mungkin ini
bagian proofing yang bertanggung
jawab. Dan lagi-lagi, aku menemukan
beberapa kalimat yang dibingkai dengan frame
berbunga-bunga di setiap berapa halaman sekali (sampai sekarang, aku belum
menemukan apa namanya). Jujur, itu sangat mengganggu proses membaca. Dan aku banyak menemukannya
di hampir semua novel terbitan Diva Press.
Kenapa aku tidak menyertakan sinopsis dalam cuap-cuap
geje kali ini? Ya, biar kamu-kamu penasaran aja dengan kisah si cowok kembar
yang terpisah jarak itu. Dimas yang
genius dengan IQ di atas rata-rata harus terjebak pada sebuah jaringan
terorisme internasional. Sementara Damar, harus berjuang mencari kembarannya
itu demi sang ibu yang sudah sekarat. (yah, keceplosan juga bocorin
sinopsisnya). Kira-kira mereka bisa ketemu di mana ya? Kebetulan apa yang
akhirnya memberi peluang pertemuan itu? Lalu, apakah misi-misi yang harus
diemban oleh Dimas yang berganti nama menjadi James itu berhasil? Simak saja
kejutan di bagian endingnya. Selain
itu, ada begitu banyak isu nasional maupun internasional yang coba dibeberkan
Mell lewat novelnya ini. Di luar komen-komen subyektif bin gejeku itu, novel
ini keren kok, karena menyajikan tema yang tak biasa. So, cari dan baca sendiri ya.. Pesen ke
penulisnya langsung juga bisa :)
Belajar adalah proses yang tidak akan pernah terhenti di
sepanjang hidup kita. Menapaki jalannya selangkah demi selangkah adalah detil
yang tidak bisa dilewatkan. Untuk menuju tangga teratas, kita harus menguatkan
pijakan dan pegangan. Pelan-pelan, kita pasti akan sampai ke puncak. Semua itu
membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Dan kamu Mell, step by step, telah berjuang lebih hebat dari sebelumnya. Naikilah
terus tangga pencapaianmu, yakin kamu bisa menaklukkan segala rintangan! Bravo,
Chaiyo..
NB : (style nulis surat jaman dulu banget)
Mmm.. sekali lagi, percayalah Mell, aku nggak mungkin
bisa bikin novel yang beginian. Jadi jangan terlalu kamu masukin hati ya
komen-komenku yang sotoy banget ini. Cuap-cuap geje dari seorang yang ngakunya
gemar baca novel, tapi daftar bacaannya masih bisa dihitung jari, heuheu..
Dan aku semakin salut sama kamu. Belum juga selesai aku
baca novelmu ini, eeeh uda terbit lagi novel ketigamu. Sebuah novel yang
genrenya 180 derajat beda, komedi! Hah, nggak percaya juga kamu nulis beginian,
hihi.. bener-bener multitalented ya
kamu itu. Selamaaat, good luck! Ah, kamu pasti kapok deh ngasih gretongan ke
aku kalo dicuap-cuapin gini. Heleeh, bilang aja mau nodong lagi :D
[27112012, di siang yang panas, di tengah carut-marut dan
hiruk-pikuk kerjaan]
Jumat, 23 November 2012
The Power of Survive
Ini
aneh. Sungguh, terlalu aneh bahkan! Baiklah, sepertinya saya harus ngaku kalo
saya abis menangis. Bukan sekedar menangis berlinangan airmata di bawah bantal.
Bukan, tapi saya menangis tergugu, tersedu-sedu, apalah itu.. sampai bahu saya
terguncang hebat. Baiklah, silahkan berfikir saya lebay. Tapi faktanya memang
begitu.
Oke-oke,
selama ini kita banyak ngerumpiin drama korea yang katanya banyak menguras
airmata. Ya, saya akui bahwa saya termasuk salah satu korbannya. Karena itulah,
sekarang saya sangat membatasi nonton drama korea. Saya sangat selektif karena
tidak ingin terjebak untuk kedua kalinya. Kalaupun lagi pengin refreshing,
pilihan saya jatuh pada film-film yang sekali tayang langsung abis, tidak perlu
menghabiskan waktu berjam-jam demi mengikuti kelanjutannya. Sebentar, kok jadi
ngomongin drama korea yak! Apa hubungannya dengan tangisan saya. Ya, selama
ini, saya kesengsem berat sama salah
satu drama korea yang berjudul ‘endless love’. Entah sudah berapa puluh kali
saya menontonnya. Setiap kali menontonnya, saya harus menyiapkan sekotak tissue
di samping saya. Airmata saya nyerocos terus, serasa nggak mau dibendung. Saya
juga nggak tahu kenapa, mungkin karena saya terlalu menghayati kepedihan jalan
hidup tokohnya. Wajar memang, sangat mengharu biru, sampai saya terhanyut. Oke,
saya tambah lebay..
Jadi,
apakah saya akan bercerita tentang drama korea lagi? Bukan, saya sedang tidak
memfavoritkan salah satunya. Karena saya lagi blank, nggak bisa berfikir jernih ketika mau nulis (alesan),
makanya saya menghibur diri dengan nonton film. Dan payahnya, saya nonton film
yang dirilis entah berapa tahun lalu. Film ini sudah ngendap di folder saya,
tapi baru malam ini saya memutarnya. Helo, seandainya saya nonton film ini dari
dulu-dulu, mungkin motivasi hidup saya akan lebih baik dan banyak. Saya tahu,
saya mungkin ketinggalan banget, film ini udah nggak up to date lagi. saya memang mengincarnya sejak lama karena ada
embel-embel based on a true story,
pernah dibukukan dan best seller (judul
bukunya ‘Beetwen a rock and a hard place’, karya Aron Ralston). Dan ternyata,
film ini sukses membuat saya menangis lebay seperti itu.
Aron,
seorang yang memiliki hobi menjelajah dan mendaki tebing. Ia
menjadikan tebing sebagai rumah keduanya. Selama ini ia selalu menyukai
tantangan dan sangat percaya diri bisa menaklukannya. Dalam suatu pendakian di
lembah John biru, Utah, sesuatu yang tidak pernah dibayangkan menimpanya. Tangan
kanannya terhimpit batu yang tiba-tiba jatuh dari atas tebing ketika ia sedang
berjalan menyusuri celah-celah tebing. Ia terjebak sempurna di celah yang
sempit. Naas, batu yang mengimpit tangannya terlalu kuat menekan, sehingga
tangan kirinya tidak mampu menggesernya. Dan perjuanganpun dimulai (di sini
saya mulai tegang). Dengan peralatan seadanya, ia mencoba menggeser batu.
Cutter murahannya tidak cukup kuat untuk menggerus batu. Tali yang coba ia
ikatkan dengan bebatuan yang dibawahnya juga tidak cukup kuat mengangkat batu
tersebut. Sementara ibu jari tangan kanannya sudah kebas dan berubah warna
menjadi abu-abu, persoalan lain menghantui. Ya, ia hanya membawa sebotol
minuman dan sepotong roti. Bagaimana ia bisa bertahan, kalau batu yang menghimpit
tangannya tidak bisa ia geser dalam waktu sehari semalam? Dan dugaannya benar,
ia tidak cukup kuat untuk melepaskan diri.
Kalau
saya ada di posisi Aron saat itu, sudah pasti saya akan menangis meraung-raung
dulu sebelum bisa berfikir harus bagaimana. Tapi, Aron tidak. Ia tidak menangis
sedikitpun, bahkan mencoba untuk selalu tersenyum, bahkan sesekali tertawa.
Mungkin menertawakan kecerobohannya sendiri. Ia tidak memberi tahu seorangpun
kalau mau mendaki tebing. Ponselnyapun ketinggalan di rumah. Sempurna nelangsa.
Lebih nelangsa lagi ketika di hari ketiga ia mulai kehabisan air minum. Air
menjadi sesuatu yang sangat berharga. Kamu tahu rasanya jika harus (terpaksa)
meminum sesuatu yang keluar dari tubuhmu
karena tidak ada yang lain demi menyambung nyawamu? (di sini saya mulai
menangis). Dan salutnya, ia masih sempat merekam semua yang ia alami lewat
sebuah handycam kecil. Segala hal yang pernah terjadi dalam hidupnyapun
berkelebat, menyisakan ruang-ruang penyesalan dalam hatinya. Segala yang manis
sedikit banyak membuainya, menghibur seolah-olah apa yang ia alami sekarang
hanyalah mimpi buruk. Tapi ketika ia membuka mata, ia harus berhadapan dengan
kenyataan lagi.
Sinar
matahari menjadi sesuatu yang langka. Ketika cahayanya sedikit saja bisa
mengenai kakinya, kebahagiannya membuncah. sebuah badai dan hujan yang
tiba-tiba datang menambah penderitaannya. Mungkin ia boleh sedikit lega karena
botol minumnya bisa terisi air hujan. Tapi ternyata hujan tidak seramah itu.
Hujan memperparah keadaannya. Tali-talinya hanyut, tubuhnya menggigil. Kamu
bisa bayangkan, kamu tidak makan dan minum selama tiga hari dan tiba-tiba hujan
menyerangmu bertubi-tubi? Sungguh, nelangsa..
Pilihan
sulit harus dipilih Aron di hari kelima, apakah ia harus mati konyol di situ
atau melanjutkan hidupnya dengan konsekuensi, salah satu yang berharga dari
tubuhnya harus ia relakan untuk ditinggal bersama batu yang menghimpitnya. Ya,
dengan berat hati, ia memotong tangan kanannya sendiri dengan cutter yang tidak
begitu tajam. Bayangkan betapa lama perihnya! Bandingkan jika cutter itu tajam,
mungkin beberapa kali gores sudah bisa mematahkannya dan tidak terlalu lama
merasakan sakit. (di sinilah, tanpa disangka-sangka, tiba-tiba saya menangis
tersedu-sedu sambil memegang tangan saya). Tentu saya menutup mata untuk adegan
itu. Saya benar-benar tidak kuat, bahkan sekedar membayangkan. Kalau dalam
drama korea, saya menangis karena melihat pemainnya memang menangis atau
bersedih. Tapi di sini, saya menangis karena melihat pemainnya merasa lega
karena berhasil memotong tangannya, sebuah dilema besar. Betapa kita sebagai
manusia tidak memiliki hak penuh atas tubuh kita sendiri. Setiap saat, nikmat
itu bisa diambil kembali olehNya, kapan saja, sadar atau tidak, rela atau
tidak. Satu yang saya ingat, sebelum memotong tangannya, ia berdo’a agar tidak
pingsan. Karena kekuatan bertahan itulah, ia masih kuat berjalan menyusur
tebing mencari pertolongan. Dan saya, tak berhenti menangis sampai filmnya
usai. Dan rekor itupun pecah. Ini tangisan terhebat saya ketika nonton film..
Baiklah,
cukup segini saja curcolan geje saya (saya pikir daripada menangis, lebih baik
saya nulis curcolan). Maaf, mungkin kalian sudah pada menontonnya. Kesalahan timing semata-mata terletak pada saya
karena tidak up to date. Tapi kalau
ada yang belum nonton, saya recommend buat
nonton film ini. Sumpah, nggak bakalan nyesel. Ada banyak spirit yang bisa kita serap. Oya, judulnya 127 Hours.
Met
malem, have a nice sleep :)
[22112012]
Minggu, 04 November 2012
It’s a Miraculous Friendship!
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum.. :)
Terima kasih banyak buat semua yang
uda ikutan Giveaway For Friendship Never Ends ya..
Saya senyam-senyum sendiri lho baca
kisah-kisah persahabatan yang masuk ke email. Ada rasa senang, bangga,
terharu.. ternyata yang namanya persahabatan itu begitu banyak memberi arti.
Kadang keindahannya tidak cukup hanya dilukiskan dengan kata. Kebersamaan dengannya,
baik suka ataupun duka, telah memberikan energi positif untuk kita menatap
dunia lebih bermakna. Seindah pelangi, warna-warni itu saling melengkapi,
berpadu membentuk gradasi kasih yang menakjubkan. Semua itu luruh dalam satu
ikatan tanpa pamrih, penyatuan tanpa tekanan dan pemahaman tanpa keterpaksaan.
Persahabatan bukan tentang menang atau
kalah. Siapa mengalahkan siapa, siapa memenangkan apa. Persahabatan adalah
tentang mengalahkan ego diri untuk memenangkan apa yang menjadi kepentingan
bersama. Semua kisah persahabatan layak mendapat apresiasi, bukan berupa
materi, tapi setulus do’a yang menggenapkan keberadaannya. Your friendship so inspiring..
so amazing! It will be the very precious thing if you embrace it. Maybe, you’ll
never conscious until you seperated by space and time. But, friendship always there, in our deepest
heart. ‘Coz Friendship Never Ends..
Persahabatan adalah tentang rasa
Aku rasa, kamu rasa, saling merasakan
Sahabat kan kucurkan butiran air yang menjelma
menjadi hujan
Menyiramkan kasih sayang pada jalinan insan
pengikutnya
Sahabat bak gerimis yang ditumpahkan setetes demi
setetes dari langit
Pada bumi yang telah lama mendambanya
Dan keringpun... sedikit demi sedikit terkikis
Ku ucapkan syukur dan terima kasihku, wahai sahabat
Karena kau, kupahami makna kehidupan
Kau beri kepercayaan dan kau hargai aku
Kau warnai hari dengan keindahan
Walau kadang satu noktah tercipta
Tapi, kasih persahabatan kan menghapusnya
Persahabatan takkan kering oleh sengatan mentari
Ia kan senatiasa beri terang pada semesta
Persahabatan adalah rona indah pelangi sesaat setelah
hujan
Dengan variasi warna dan dipuja oleh jiwa
Yang dapat mengetahui maknanya
Ketulusan hati seorang sahabat
Takkan terusik bayu yang terbangkan payung pelindung
diri
Persahabatan penuh sejuta rasa dalam segala suasana
Persahabatan akan selalu penuh dengan warna
Berbeda, bukan hampa tak berasa
Tapi, merah, kuning, hijau, biru dan kelabunya
Kan mengiringi dalam perjalanan waktunya
Jiwa persahabatan kan dekap dan peluk jiwa yang lain
Ia kan membelai hati, menjabat tangan
Saat sahabatnya menderu, menangis oleh badai prahara
Hapuskan haru biru dukanya dengan tutur manis
Hingga ia dapat rasakan senyum tulus
Penyegar hati yang menghias bibir
Hingga ia tetap percaya dan merasakan
Bersama selami telaga persahabatan yang menyejukkan
Mencoba sunggingkan kembali senyum yang hilang
Sahabat.. takkan pernah rela bila sahabatnya tertusuk
duri
Atau mungkin ia sendiri yang tak sengaja
menggoreskannya
Kadang ia merelakan diri terluka... dan mengeluh adalah
wajar
Satu yang mungkin kita coba lakukan, tetap
mencintainya...
Sahabat bagaikan guyuran hujan yang selalu tulus
Menyiramkan pada kuncup hingga berbunga
Kasih sayang karena pengorbanan dalam jalinan ini
Adalah sesuatu yang membahagiakan
Jika tanpa dikotori harapan mendapat imbalan
Insan-insan persahabatan takkan terkoyak oleh jarak
Jiwa mereka tetap ada mengibarkan panji-panji
sejatinya
Meski tak bisa selalu bersua
Tapi kerinduan menjadi bukti akan makna keberadaannya
Sahabat... tegurlah jika aku salah langkah
Jangan pernah sungkan atau ragu
Ingatkan aku saat kata hanya menjadi sia-sia belaka
Jadilah dirimu apa adanya
Tanpa harus turuti semua egoku
Karena benar atau salah
Hanya akal budilah yang mampu membedakannya
Sahabat... ingin ku lukis semua cerita indah tentang
kita
Dalam bingkai kasih bersulam mutiara ketulusan
Ingin ku abadikan episode perjalanan ini
Dalam prasasti jingga di lembaran kisah hidupku
Sahabat.. izinkan ku lafalkan sebait do’a
Agar kita tetap dipersatukan
Dalam pendar-pendar keping ukhuwah yang terjaga
Sampai kita dipertemukan kembali pada suatu masa yang
paling kekal
Aamiin!
Sekali lagi, terima kasih buat partisipasinya ya semua..
Do'ain kapan-kapan bisa bikin giveaway lagi, Aamiin..
Wassalam :)
NB : Ssstt, bagi yang ngerasa fotonya
dipajang, silahkan kirim alamat lengkap plus nomor telepon ke dreamyhollic@gmail.com ya! Atau ke
inbox fb juga boleh.. ditunggu ya! InsyaAllah, Friendship Never Ends akan
segera meluncur ke tempatmu.. :)
Langganan:
Postingan (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.
