Belajar Sejarah Perbankan di Museum Mandiri

Museum Mandiri
Museum Mandiri, Kotatua

 

Museum Mandiri terletak di Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Jakarta Barat, tepatnya di Kawasan Kotatua. Gedung yang menjadi salah satu cagar budaya ini dibangun pada tahun 1929. Awalnya merupakan gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM), sebuah perusahaan dagang milik Raja Willem I yang kemudian berkembang menjadi perusahaan perbankan. 


Museum Mandiri
Peta kuno tahun 1700-an

 

Bangunan gedung NHM ini sangat mirip dengan Gedung NHM di Belanda (sekarang De Bazel Amsterdam), karena NHM didesain oleh C. van de Linde yang merupakan arsitek yang bekerja untuk K.P.C. de Bazel, arsitek NHM Belanda.

Pada tahun 1960, NHM dinasionalisasi menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (KTN) urusan Ekspor Impor. Pada 31 Desember 1968 didirikan Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) dan kantor pusatnya menempati gedung NHM.

 

Museum Mandiri
BankExim, BDN, BBD, dan Bapindo



 

Ketika terjadi krisis moneter pada 1998, banyak bank bangkrut yang akhirnya dilikuidasi. Bank-bank yang ada dapat bertahan antara lain karena melakukan merger. BankExim adalah salah satu bank yang melakukan merger bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Empat bank tersebut lebur dengan nama baru yaitu Bank Mandiri pada tahun 1999. Setelah penggabungan tersebut, gedung NHM menjadi aset Bank Mandiri.

 
Museum Mandiri
Sinopsis Max Havelaar karya Multatuli, buku yang mengritik sistem tanam paksa

 

Sejarah Nederlandsche Handel-Maatschappij

Ketika Belanda pertama kali datang ke Nusantara, mereka membentuk perusahaan dagang Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) di Batavia pada tahun 1602 dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. VOC selanjutnya bangkrut akibat korupsi pada tahun 1799, dan resmi dibubarkan pada 1 Januari 1800.


Museum Mandiri
Lift kuno

 

Pada masa awal berdiri, NHM belum menunjukkan kinerja berarti, hampir selalu mengalami kerugian karena ongkos produksi lebih mahal dari harga pasaran produk di Eropa. Pemerintah Hindia Belanda saat itu kekurangan kas negara akibat Perang Jawa yang berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro pada tahun 1830. Pemerintah menerapkan sistem Cultuurstelsel (sistem tanam paksa) yang diperkenalkan oleh Gubernur Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Pada masa Cultuurstelsel ini, NHM mulai menunjukkan perannya sebagai perusahaan dagang.

 
Museum Mandiri
Mesin hitung uang kertas

 

Cultuurstelsel menjadikan Puulau Jawa sebagai perkebunan besar. Wewenang monopoli diberikan kepada NHM sebagai ganti modal. Keuntungan penjualan komoditas Cultuurstelsel menjadi sumber pendapatan bagi NHM, dan bagi pemerintah, keuntungan masuk ke perbendaharaan negara.

 
Museum Mandiri
Mesin hitung uang koin

 

Kedudukan NHM makin kuat, dan mulai melebarkan sayap pada pembiayaan produk yang belum dijual, yang masih dalam pengapalan, yang belum dimuat, bahkan yang masih harus dipanen pada tahun berikutnya. NHM memiliki sejumlah perusahaan perkebunan baik yang berlokasi di Pulau Jawa, Sumatera, sampai Suriname. Perkebunan ini meliputi serat sisal, kelapa sawit, kina, kopra, dan teh. NHM juga mengembangkan bisnisnya lagi dalam bidang pertambangan yaitu timah, batu bara, dan minyak bumi.

 

Museum Mandiri
Sempoa

Monopoli NHM menimbulkan banyak protes sektor swasta yang tidak dapat berkembang. NHM kemudian disebut sebagai “Kompenie Ketjil”, karena kegiatannya tampak sebagai penerus perusahaan besar sebelumnya yaitu “Kompeni VOC”.

 
Museum Mandiri
Mesin ketik aneka merek

Koleksi Museum Mandiri

Museum Mandiri menyimpan koleksi bersejarah, meliputi benda-benda yang berhubungan dengan aktivitas perbankan tempo dulu. Area pameran terdiri dari 3 lantai, yaitu lantai 1, lantai bawah tanah, dan sekelumit area lantai 2.


Museum Mandiri
Ruang brankas bawah tanah

 

Di area lantai 1, kita bisa menikmati koleksi ruangan bank dan segala aktivitasnya, benda-benda klasik perbankan seperti mesin ketik, kalkulator, verporator, seal press, buku besar (pembukuan) kuno yang ditulis manual, serta benda-benda perkantoran lainnya. Di lantai 1 ini juga terdapat display informasi yang panjang mengenai kedatangan Belanda dan sejarah gedung NHM sampai kemudian dinasionalisasi dan lebur menjadi Bank mandiri. Di lantai 1 ini pula terdapat kafe dengan suasana tempo dulu.

Di area lantai bawah tanah, kita bisa melihat banyak sekali brankas-brankas kuno, safe deposit box, mata uang kuno, serta aneka surat berharga.


Museum Mandiri
Wesel, salah satu surat berharga zaman dulu untuk berkirim uang

 

Area lantai 2 sebenarnya tidak dibuka untuk umum, tetapi pengunjung diizinkan untuk menaiki tangga dan disediakan sedikit area untuk menikmati keindahan jendela bagian depan gedung dari dalam, berupa stained glass atau kaca patri yang memiliki makna mendalam. Kaca patri tersebut merupakan hadiah dari Cornelis Johannes Karel van Aalst, Presiden NHM yang ke-10. 

Kaca patri warna-warni tersebut terdiri dari lima bilah. Bilah pertama menceritakan tentang musim semi yang ada di Belanda, yang digambarkan sebagai musim ketika bunga-bunga bermekaran, tiupan angin yang banyak tetapi hangat, serta masa petani ketika mulai bercocok tanam.


Jendela patri kaca lima bilah


Bilah kedua menceritakan tentang musim panas yang ada di Belanda, yang menggambarkan kegiatan penduduk Belanda memanen gandum untuk diolah.

Bilah ketiga menceritakan tentang keindahan alam Indonesia, yang menggambarkan gunung vulkanik sedang mengeluarkan asapnya. Pada zaman dulu, orang-orang Belanda sangat mengagumi Indonesia terutama Pulau Jawa karena terdapat banyak gunung.

Bilah keempat menceritakan tentang musim gugur di Belanda, yang menggambarkan kegiatan memanen buah-buahan, serta para wanita yang menggunakan pakaian tertutup karena udara mulai terasa dingin.

Bilah kelima menceritakan tentang musim dingin di Belanda, yang digambarkan dominan warna putih yang melambangkan salju, serta kegiatan musim dingin seperti menghangatkan diri di depan perapian, permainan ice skating, dan orang yang sedang membelah kayu.


Museum Mandiri dan Museum Bank Indonesia dilihat dari Stasiun Kota

 

Museum Mandiri ini seakan menjadi pelengkap dari Museum Bank Indonesia, tetangga sebelah kirinya. Dua museum tentang perbankan yang sama-sama memiliki sejarah kolonial. Jika sedang berwisata ke Kotatua, dua museum ini layak dikunjungi berurutan.



You Might Also Like

No comments