Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khulafaur Rasyidin Pertama


Rasulullah adalah teladan umat, keagungan dan kemuliaan pribadinya tak terbantahkan. Rasulullah telah mendidik sahabat-sahabatnya dengan pengajaran Rabbani, yang menumbuhkan generasi emas umat.

Adalah Khulafaur Rasyidin, empat khalifah pertama dalam Islam. Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Bin Al-Khathab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib merupakan penerus kepemimpinan Rasulullah, yang lembaran-lembaran kehidupannya adalah periode gemilang dari sejarah Islam.

 

Abu Bakar Ash-Shiddiq

Nama aslinya Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib Al-Qurasyi At-Taimi. Ibunya adalah Salma binti Shakhr bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Nasab Abu Bakar bertemu dengan Rasulullah pada kakeknya yang keenam, yaitu Murrah bin Ka’ab.

Rasulullah bersabda, “Teladanilah dua orang setelahku, yaitu Abu Bakar dan Umar.”

Umar Bin Al-Khathab pun pernah berkata kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, “Anda adalah pemimpin kami, sosok yang paling baik di antara kami dan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah di antara kami.”

 

Julukan Abu Bakar

Kuniyah (panggilan) Abu Bakar, berasal dari kata Bakr (Al-Bakr) yang artinya unta muda dan kuat.

Julukannya yang paling masyhur adalah Ash-Shiddiq, yang berarti selalu membenarkan dan memercayai Rasulullah.

Rasulullah menjuluki Abu Bakar sebagai Al-‘Atiq dalam sabdanya, “Kamu adalah ‘atiqullah (hamba yang dimerdekakan dan dibebaskan Allah) dari neraka.”

Abu Bakar juga dikenal sebagai Ash-Shahib, yang artinya teman atau kawan, karena beliau satu-satunya orang yang menemani Rasulullah ketika bersembunyi di gua bukit Tsur.

Selain itu Abu Bakar juga memiliki predikat sebagai Al-Atqa (orang yang paling bertakwa) dan Al-Awwah (orang yang sangat takut kepada Allah).



Rekam Jejak Moral Abu Bakar Ash-Shiddiq

Sebelum Islam hadir, Abu Bakar bahkan tidak pernah minum minuman keras atau menyembah berhala. Ini adalah karunia Allah, yang menjaga kemurnian hati Abu Bakar. Keislaman Abu Bakar terjadi setelah melalui pencarian, pengamatan, penyelidikan, dan penantian sekian lama. Ketika Rasulullah menyampaikan risalah Islam, Abu Bakar langsung memercayai dan menerimanya tanpa ragu. Abu Bakar adalah laki-laki pertama yang masuk Islam dari kalangan orang merdeka. Selanjutnya, Abu Bakar selalu siap mendampingi dakwah Rasulullah.

Rasulullah berkata, “Sesungguhnya Allah mengutus diriku kepada kalian, lalu kalian berkata kepadaku, “Anda bohong,” sementara Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Beliau benar,” dan ia mendukung diriku sepenuhnya dengan jiwa dan hartanya.”

Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang yang pertama kali disakiti dan mengalami penderitaan setelah Rasulullah dan orang pertama yang menyeru dakwah kepada Allah. Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi tangan kanan Rasulullah, selalu di sampingnya, membantu, mendidik, dan memuliakan orang-orang yang masuk Islam.




Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah ahli nasab yang dihormati di Quraisy, yang tidak pernah mencela nasab siapa pun, tidak suka menyebutkan aib, kekurangan dan kejelekan orang lain.

Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah saudagar yang sukses dalam berniaga dan sangat dermawan dalam menginfakkan hartanya. Banyak budak baik laki-laki maupun perempuan yang ia beli kemudian dibebaskannya. Salah satunya adalah Bilal, sahabat Rasulullah yang kelak menjadi orang pertama yang mengumandangkan adzan. Bilal bebas dari keterbudakan, penyiksaan, teror dan intimidasi kaum Quraisy dan menjadi salah satu sahabat yang mengangkat pedang untuk kecemerlangan dakwah Islam.

Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah ketika mereka bersembunyi selama tiga malam di gua bukit Tsur. Rasulullah berkata padanya, “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu pikir tentang dua orang yang Allah adalah ketiganya?”

Dan Allah menurunkan Surah At-Taubah ayat 40, untuk menenangkan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kelak Abu Bakar Ash-Shiddiq juga menjadi sebab turunnya beberapa ayat Al-Qur’an.

Selama perjalanan hijrah dari Mekkah ke Madinah, sesekali Abu Bakar Ash-Shiddiq berjalan di depan, dan sesekali di belakang Rasulullah. Melihat hal itu Rasulullah bertanya, dan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjawab, “Saya teringat orang yang menyergap, maka saya pun berjalan di depan Anda, dan saya teringat orang yang mengejar, maka saya pun berjalan di belakang Anda.”

Masyaallah, begitu sayangnya Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada Rasulullah, begitu indahnya persahabatan dan persaudaraan yang terjalin karena Allah.

Abu Bakar Ash-Shiddiq turut serta dalam Perang Badar Al-Kubra, Perang Uhud dan Hamra’ Al-Asad, Perang Bani Nadhir, Perang Bani Al-Mushthaliq, Perang Khandaq dan Perang Bani Quraizhah, Perang Khaibar, Perang Najd, Perang Bani Fazarah, Perang Hunain, Perang Tha’if, dan Perang Tabuk.

Abu Bakar Ash-Shiddiq hadir bersama Rasulullah dalam kejadian Hudaibiyah yang menjadi dasar perjanjian Hudaibiyah, titik awal kemenangan terbesar umat Islam dalam Fathu Makkah. Abu Bakar Ash-Shiddiq pun mendampingi Rasulullah dalam umrah qadha’.




Dan Abu Bakar Ash-Shiddiq juga adalah manusia biasa, yang pernah melakukan khilaf. Alkisah ketika putrinya, Aisyah RA terfitnah, kerabat yang selalu disantuninya turut menyebarkan fitnah itu. Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq merasa marah dan bertekad untuk tak menyantuninya lagi. Rasulullah menegur dan mengingatkan. Abu Bakar Ash-Shiddiq pun menyesal, meminta maaf, dan berjanji untuk tetap menyantuni kerabatnya tersebut.

Abu Bakar Ash-Shiddiq selalu terdepan ketika melakukan kebaikan-kebaikan. Rasulullah pernah menyebutkan tentang pintu-pintu surga yang masing-masingnya bisa dilewati dengan satu macam kebaikan, dan secara tersirat mengatakan harapannya bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq mampu melewati semua pintu. Umar Bin Al-Khathab mengatakan bahwa orang-orang sesudah Abu Bakar Ash-Shiddiq akan kelelahan untuk menyamai prestasi kebaikan dan kedermawanannya.

Sepeninggal Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddiq memimpin umat untuk memberantas gerakan kemurtadan, membenahi pengelolaan urusan dalam negeri, menyusun strategi penaklukan Irak dan Romawi, serta atas saran dari Umar Bin Al-Khathab mulai mengumpulkan Al-Qur'an dari kulit hewan, tulang, pelepah kurma dan hafalan orang-orang untuk dibukukan.

Sebelum menjabat kekhilafahan, Abu Bakar Ash-Shiddiq memerah susu kambing untuk kepentingan warga klan. Ketika resmi menjadi khalifah, ada sesorang perempuan dari warga klan tersebut berkata, “Sekarang Abu Bakar Ash-Shiddiq sudah tidak akan memerah susu kambing untuk kita.” Abu Bakar Ash-Shiddiq mendengar dan berkata, “Sungguh, aku akan tetap memerahkan susu untuk kalian, dan aku berharap posisi dan statusku saat ini tidak mengubahku dari kebiasaan yang sebelumnya aku lakukan.” Dan Abu Bakar Ash-Shiddiq menepatinya. Beliau tetap tawadhu’ meskipun memiliki jabatan yang tinggi sebagai kepala negara.

Abu Bakar Ash-Shiddiq menjalani hidup dengan daya pikir, pemahaman dan pandangan tajam, akal yang cerdas, hati yang sensitif dan kontemplasi yang kuat. Beliau memiliki kriteria, spesifikasi dan sifat-sifat pemimpin Rabbani. Dua tahun masa kekhilafahannya padat dengan kegiatan dakwah dan ide-ide memajukan umat.

Mudah-mudahan, meski hanya secuil, kita semua diberikan karunia untuk meneladani sifat-sifat sang Ash-Shiddiq. Aamiin.


Referensi: Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq oleh Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi
(Pustaka Al-Kautsar 2017)

 

Jakarta, 4 Ramadhan 1444 H

 




You Might Also Like

2 comments

  1. Waah bukunya tebel banget mbaa. Catet dulu judulnya ah, moga aja bisa baca juga nanti

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya La, hampir 700 halaman. Lebih tebel lagi biografinya Umar bin Al-Khathab. Next kubikin catetannya.

      Delete